Ulan Bator (ANTARA News) - Dua mantan perdana menteri Mongolia ditangkap berkaitan dengan penyelidikan dugaan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam kesepakatan pertambangan dengan raksasa sumber daya Inggris-Australia Rio Tinto, kata pemerintah, Kamis.

Keduanya ditahan pada Rabu seiring penyelidikan otoritas atas cara mereka menangani dua kesepakatan terkait dengan tambang emas-batu bara Oyu Tolgoi, yang menjadi kontroversi selama bertahun-tahun.

Atas permintaan badan antikorupsi negara, dua pengadilan pada Kamis memerintahkan agar keduanya ditahan selama 30 hari di pusat penahanan.

Sanj Bayar, yang menjabat perdana menteri dari 2007 hingga 2009, mengundurkan diri karena alasan kesehatan beberapa pekan setelah Mongolia menandatangani perjanjian dengan perusahaan Kanada Ivanhoe Mines dan Rio Tinto untuk mengembangkan tambang di dekat perbatasan Tiongkok.

Pengadilan memerintahkan dia ditangkap setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan atas kekhawatiran dia mungkin akan menghancurkan bukti, sebuah klaim yang dibantah pengacaranya dengan mengatakan bahwa dokumen yang terkait dengan kesepakatan itu disimpan dalam arsip pemerintah.

Chimed Saikhanbileg, yang menjabat sebagai perdana menteri dari 2014 hingga 2016, ditahan setelah kembali ke Mongolia dari Amerika Serikat untuk bekerja sama dengan penyelidikan.

Dia menulis surat terbuka yang mengatakan dia tidak melanggar hukum atau menerima suap dalam kesepakatan perluasan tambang senilai triliunan rupiah dengan Rio Tinto pada 2015.

“Saya tidak takut atau malu,” tulisnya seperti dikutip AFP.

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018