"Pembahasannya terkait dengan pengusulan Sardjito, sebagai rektor pertama UGM dan juga perintis Palang Merah Indonesia, sebagai pahlawan nasional. Setelah melalui proses yang komplit, kami kemudian beraudiensi dengan Pak Wapres (Jusuf Kalla)," kata Panut di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis.
Panut menjelaskan pertimbangan usulan tersebut didasarkan pada jasa-jasanya selama masa kemerdekaan dalam membantu menyediakan ransum bagi para pejuang saat itu.
Selain itu juga, Sardjito dianggap sebagai sosok yang merintis pembentukan lembaga kemanusiaan PMI, dimana saat ini Jusuf Kalla menjabat sebagai ketua umum.
"Pertimbangannya adalah karena Prof Sardjito dulu sebagai perintis PMI dan Pak Wapres sebagai Ketua PMI Nasional. Kami memohon dukungan begitu, agar proses pengusulan ini nanti bisa lancar," tambahnya.
Proses pengusulan tersebut telah dilakukan dengan menggelar seminar tingkat regional di Yogyakarta, begitu juga seminar nasional, terkait usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Sardjito.
"Naskah akademik sudah kami lengkapi dan segera kami kirim ke Kementerian Sosial. Tanggapan Pak Wapres positif," kata Guru Besar Fakultas Teknik UGM itu.
Sementara itu, Sejarawan UGM Djoko Suryo menjelaskan peran Sardjito dalam masa perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan sangat penting.
Sardjito membantu menyelamatkan obat-obatan dan vaksin pada saat pemindahan Institut Pasteur dari Bandung ke Klaten.
"Ketika Bandung diserbu pasukan Belanda, dia itu menyelematkan vaksin berguna untuk dikirim ke Jogja dan Klaten dengan menggunakan kerbau. Kemudian vaksinnya diambil dari kerbau itu dan dikembangkan untuk para pejuang," kata Djoko Suryo.
Sardjito lahir di Magetan, Jawa Timur pada 13 Agustus 1889, dan menjadi rektor pertama UGM dan rektor ketiga Universitas Islam Indonesia (UII). Namanya kini diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito di Yogyakarta.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018