Jumlah data tumbuh sangat cepat. Pada 2020, diproyeksikan tiap manusia di muka bumi akan memproduksi 1,7 megabyte data setiap detiknya
Surabaya (Antara News) -- Dunia akan segera memasuki tahap revolusi industri ke-4 atau kerap disebut sebagai Industry 4.0. Siap tidak siap, revolusi ini akan mendisrupsi seluruh industri dan seluruh siklus kerja di dalamnya, tak terkecuali industri asuransi. Sebagai salah satu industri yang mengandalkan data, industri asuransi kian dituntut untuk, tak hanya, dapat mengelola data dalam jumlah yang banyak atau Big Data, tapi juga memanfaatkannya agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan nilai tambah bagi para nasabah.
Berdasarkan data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 2012, manusia memproduksi data sebesar 2,3 triliun gigabyte. Pada 2020, produksi data diproyeksikan akan mencapai 43 triliun. "Apabila data di tahun 2020 dipindahkan ke dalam kepingan DVD dan kemudian disusun, tinggi susunan akan sama dengan jarak bumi ke bulan dan kembali lagi ke bumi," bunyi laporan dari LIPI.
Pengamat Big Data internasional Bernard Marr, dalam artikelnya yang dipublikasikan di portal bisnis Forbes.com, dengan gamblang mengungkapkan, kecepatan pertumbuhan data (Velocity) sejak 2015 sangat pesat, bahkan tertinggi dalam sejarah umat manusia.
"Jumlah data tumbuh sangat cepat. Pada 2020, diproyeksikan tiap manusia di muka bumi akan memproduksi 1,7 megabyte data setiap detiknya," ungkap Marr. "Dengan demikian, Big Data bukan lah sesuatu yang dapat dipilih oleh korporasi, tapi sudah menjadi suatu kewajiban. Jika menentang, maka tinggal tunggu waktu untuk diganyang."
Pentingnya peran Big Data pun disadari betul oleh BUMN Reasuransi, Indonesia Re. Bahkan, perusahaan pelat merah ini telah menyusun rencana induk bisnis jangka panjang yang didukung oleh pengelolaan Big Data dan teknologi dan informasi yang unggul.
"Dengan pengelolaan Big Data yang baik, kami dapat memberikan nilai tambah bagi para ceding company, khususnya di sektor asuransi jiwa dan kesehatan," ujar Head of Actuarial & Life Portfolio Management Division Indonesia Re Nico Demus saat ditemui beberapa waktu lalu di Surabaya, Jawa Timur.
Nico melanjutkan, secara umum terdapat empat tahapan dalam pengelolaan data ceding company dengan memanfaatkan Big Data. Tahap pertama adalah input data mentah (raw data) ceding company. Selanjutnya, pembersihan data (data cleansing), kemudian Analisa Permasalahan. Terakhir, (output) diperoleh infomasi yg diinginkan. Dalam proses Big Data, kita dihadapkan dalam tahapan krusial yaitu mengekstrak data dalam jumlah yang besar menjadi sub-sub Big Data. Kemudian, tiap subdata akan dikomputasi ulang untuk menghasilkan informasi," papar Nico.
Melalui pemanfaatan Big Data yang baik, Indonesia Re mampu menyajikan informasi berubah indikasi terjadinya fraud klaim, pola klaim asuransi kesehatan kumpulan sesuai dengan iklim di Indonesia, serta informasi kecenderungan sebab klaim kesehatan berdasarkan jenis atau bidang usaha dari pemegang polis (perusahaan) dll. Itu menjadi contoh-contoh output dari Big Data, yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan asuransi yang pada akhirnya bagi para nasabah," pungkas Nico.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018