Kotawaringin Barat, Kalteng (ANTARA News) - WWF-Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan survei lamun dan dugong (Dugong dugon) di Gosong Beras Basah, Desa Teluk Bogam, Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah (Kalteng).
"Yang saat ini sedang turun melakukan transek lamun di sekitar Gosong Beras Basah ada dari WWF, Yayasan Lamun Indonesia, Universitas Antakusuma dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Tengah," kata Marine Species Officer WWF-Indonesia Cassandra Tania di lokasi survei Gosong Beras Basah, Kotawaringin Barat, Kalteng, Rabu.
Saat ini, menurut dia, yang dilakukan memang melakukan transek lamun, tapi sebenarnya sekaligus mensurvei keberadaan mamalia laut yang dilindungi tersebut. Karena keberadaan dugong tidak akan jauh dari pakannya yakni lamun.
Kegiatan survei lamun dan dugong ini menjadi bagian dari Program Konservasi Dugong dan Lamun (Dugong and Seagrass Conservation Project/DSCP) yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama mitra pelaksana WWF-Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Ketua Tim Survei Dugong dan Lamun dari Lamina Juraij mengatakan tujuan awal melakukan survei dugong dan lamun untuk melihat kondisi di daerah yang dicadangkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Taman Wisata Perairan Senggora Sepagar dan Laut Sekitarnya seluas 61.362,15 hektare (ha) oleh Pemerintah Provinsi Kalteng.
"Tapi sejauh ini belum bisa lihat kondisinya seperti apa karena keruh dan berarus. Maklum ini musim peralihan angin dari barat ke timur," ujar dia.
Tim, lanjutnya, akan melakukan transek lamun di tiga pos berbeda, dengan luasan 25x100 meter persegi (m2). Langkah ini untuk identifikasi jenis-jenis lamun, menghitung jumlah individu atau tegakan, presentase penutupan dari masing-masing jenis atau spesies pada transek.
Pada lokasi di ujung timur Gosong Beras Basah yang sering disebut titik bantalan, ia mengatakan ditemukan dua jenis lamun yang digemari dugong, yakni Halodule uninervis dan Halophila ovalis.
Menurut dia, di lokasi ini pernah oleh Lamina maupun WWF-Indonesia ditemukan "feeding track" dugong di 2016 dan 2017. Survei kali ini juga ingin mengetahui apakah masih ada "feeding track" atau mungkin ditemukan pula yang baru.
Jika ternyata ditemukan artinya masih ada keberadaan dugong di perairan tersebut. Informasi kondisi dugong dan lamun di lokasi tersebut kata Marine Species Site Manager Program Konservasi Dugong dan Lamun Indonesia dari WWF-Indonesia Idham Farsa akan melengkapi informasi untuk penetapan KKLD Taman Wisata Perairan Senggora Sepagar dan Laut Sekitarnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018