Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp13.746 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.768 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta mengatakan bahwa data ekonomi dari dalam negeri mengenai penjualan eceran yang tumbuh direspons positif oleh pelaku pasar uang sehingga rupiah kembali terapresiasi.
"Sentimen dari dalam negeri relatif positif sehingga membantu rupiah untuk kembali menguat," katanya.
Bank Indonesia mencatat, survei penjualan eceran Bank Indonesia mengindikasikan peningkatan kinerja penjualan eceran pada Februari 2018. Hal itu tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tumbuh 1,5 persen (yoy), meningkat dari minus 1,8 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Nilai tukar rupiah yang terapresiasi, lanjut dia, memberikan harapan penguatan lanjutan. Namun demikian, pelaku pasar diharapkan tetap waspada di tengah antisipasi hubungan dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa nilai tukar rupiah bergerak positif setelah pidato Presiden Tiongkok Xi Jinping memberi sinyal untuk meredakan kekhawatiran mengenai perang dagang.
"Tiongkok akan menurunkan tarif impor terhadap beberapa produknya, pernyataan itu membantu menenangkan kegelisahan di pasar keuangan," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (10/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.759 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.771 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018