Hanoi (ANTARA News) - Boleh saja tim Jepang memiliki keunggulan teknik dan sederet pemain elite dunia, karena tim Vietnam bakal menunjukkan arti semangat bertempur mati-matian di lapangan hijau. Pelatih asal Austria, Alfred Riedl, mengibaratkan laga Vietnam melawan Jepang sebagai aksi dari mereka yang relatif lemah (David) menghadapi yang kuat (Goliath). David yakni sosok anak kecil, sementara Goliath, seorang raksasa. Parabel itu diangkat oleh Riedl yang telah telah "susah pindah ke lain hati" kepada Vietnam, untuk menyuntik semangat pasukan Vietnam dalam laga Piala Asia 2007. "Kami akan coba memperoleh poin ketika melawan Jepang, karena kami tampil di kandang sendiri. Dalam sepakbola, segala kemungkinan dapat terjdi," katanya setelah tim Vietnam menahan imbang Qatar 1-1 dalam pertandingan Grup B pada Kamis (12/7). "Kami akan membuat pertandingan tidaklah mudah bagi Jepang," kata pelatih berusia 57 tahun itu, seperti dikutip AFP. Kepercayaan diri Vietnam begitu meluap ketika mereka mampu menekuk juara Piala Teluk Uni Emirat Arab 2-0. Vietnam akan menantang Jepang pada Senin (16/7). Riedl menyebut "gol keberuntungan" diraih Vietnam ketika menahan imbang tim Qatar. "Meski kerapkali orang yang telah berusaha keras memperoleh hasil yang menggembirakan. Inilah sepakbola," katanya. Gol ke gawang Qatar lebih disebabkan oleh kesalahan kiper Mohamed Saqr dalam menit 32. Saqr menahan bola dari tendangan keras Phan Thanh Binh dari jarak 20 meter, namun bola meluncur melewati tubuhnya kemudian masuk ke gawang. Kerja keras Qatar berbuah ketika striker kelahiran Uruguay Sebastian Quintana mencetak gol balasan dengan sundulan kepala pada menit 79. Gol balasan ini membuka kembali peluang Qatar. "Qatar tampil sebagai tim yang gencar menyerang. Mereka unggul dengan bola-bola atas," kata Riedl. "Kami tidak memiliki pemain yang berbadan tinggi untuk mampu menahan laju serangan Qatar. Lini pertahanan kami dalam situasi berbahaya." "Sangatlah susah bagi para pemain Vietnam untuk bermain melawan tim yang memiliki pemain dengan tinggi badan yang lebih jangkung," kata Riedl yang telah menangangi tim Vietnam sejak tahun 1998. "Ini artinya mereka harus terbiasa bertanding di bawah tekanan, dengan kemampuan heading, dan duel di udara." Riedl memilih para pemainnya dengan tinggi badan rata-rata 170 centimeter. Sementara, sejumlah tim menurunkan pemain dengan tinggi badan rata-rata 182 centimeter. "Ketika kita bertanding melawan tim yang pemainnya memiliki tinggi badan relatif jagkung, maka akan sulit untuk mengimbangi mereka," katanya. Riedl juga mengatakan, "Kami akan menghadapi masalah ketika melawan Jepang karena mereka tentu lebih baik." (*)
Copyright © ANTARA 2007