Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp13.758 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.778 per dolar AS.

"Data pekerja di Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi menjadi salah stau faktor yang menahan pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa data pekerjaan non-pertanian (Non-Farm Payrolls/NFP) naik sebesar 103.000 pada Maret, di bawah konsensus pasar sebesar 193.000 pekerjaan. Data itu dapat memberikan outlook bagi The Fed terkait suku bunganya.

Ia menambahkan bahwa sentimen perang dagang antara Amerika Serikat-Tiongkok juga masih membayangi, perang dagang dinilai dapat membuat perekonomian AS melambat sehingga minat pasar terhadap aset dolar AS relatif berkurang.

"Pergerakan dolar AS yang melemah juga dipicu komentar Presiden AS Donald Trump yang memberikan instruksi kepada Kementerian Perdagangan untuk menambah nilai tariff impor barang-barang dari Tiongkok

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang terapresiasi turut menopang mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah. Terpantau, harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,21 persen menjadi 62,19 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,40 persen menjadi 76,38 dolar AS per barel.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (9/4) mencatat nilai tukar rupiah tidak bergerak atau stagnan di posisi Rp13.771 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah menguat menjadi Rp13.762 per dolar AS

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018