Jakarta (ANTARA News) - Bank Tabungan Negara (BTN) membutuhkan waktu untuk menurunkan tingkat bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pasca turunnya BI rate dari 12,75 persen menjadi 8,25 persen. "Idealnya memang langsung turun sebesar 4,5 persen, akan tetapi kenyataannya banyak faktor yang membuat penurunan bunga KPR membutuhkan waktu," kata Direktur Utama BTN, Kodradi, di Jakarta, Kamis. Namun Kodradi memastikan kecenderungan ke depannya memang turun. "Sudah ada surat di meja saya terkait rencana penurunan dan saat ini masih dipelajari dengan mempertimbangkan berbagai faktor," ujarnya. Kodradi yang ditemui usai pelantikan pejabat eselon II Kementerian Negara Perumahan Rakyat mengatakan, sebenarnya kalau dari bunga KPR yang ditawarkan BTN sudah jauh dari 4,5 persen. Saat ini bunga KPR BTN sekitar 11,5 persen sampai 14 persen. Menurut dia, banyak faktor yang membuat bunga KPR membutuhkan waktu untuk turun seperti mempertimbangkan biaya dana (cost of fund), premi resiko (risk premium), biaya operasi (overhead cost), serta keuntungan (margin). Komponen ini sudah memberikan kontribusi lima persen dari bunga tabungan dan deposito rata-rata enam persen (tingkat bunga riel yang berlaku di perbankan nasional) kecuali premi resiko dapat ditekan kurang dari 2,5 persen. Namun premi resiko ini baru bisa turun apabila tingkat inflasi dapat ditekan kurang dari lima persen. Sementara untuk menurunkan bunga bank maupun deposito juga tidak mungkin nanti masyarakat yang menabung tidak dapat untung. Sebagai gambaran seandainya ditetapkan bunga deposito 5 persen kalau masih dipotong pajak 2,5 persen ditambah inflasi sekitar enam persen maka praktis penabung tidak mendapatkan keuntungan bahkan minus. Idealnya tingkat bunga deposito 6,5 persen setelah memperhitungkan empat komponen sekitar 5 persen maka wajar tingkat bunga kredit sekitar 11,5 persen. Kalau ada perubahan berarti pada empat komponen tadi, ucapnya. Inilah yang membuat BI selaku otoritas moneter mati-matian menurunkan BI Rate dengan harapan semua komponen dapat menyesuaikan tetapi tetap tidak dapat seketika itu juga, akan tetapi membutuhkan waktu agar bisa turun, ucapnya. Kodradi juga menyampaikan Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat yang dialokasikan sudah teralisasi 42.408 unit posisi tanggal 7 Juli 2007, sudah lebih tinggi dibanding posisi 31 Juli 2006 sebanyak 42.368 unit. Sedangkan kalau melihat dari total kredit dari Rp7,4 triliun yang dialokasikan tahun 2007, sudah terealisasi 44,7 persen masih jauh dari target namun diharapkan semester II dapat terpenuhi. Dia juga menyampaikan apabila ada bank yang saat ini berani menurunkan bunga sampai di bawah 10 persen harus dipelajari karena jangan-jangan hanya strategi pemasaran. "Harus dilihat jangan-jangan hanya tahun pertama saja 10 persen, Setelah itu dikenakan bunga yang lebih tinggi lagi," ujar Kodradi mengingatkan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007