Presiden, yang mengenakan kemeja batik lengan panjang, menerima para budayawan dan seniman di Beranda Istana Merdeka Jakarta, antara lain didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf dan Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki.
Budayawan dan seniman yang bertemu Presiden antara lain Butet Kertaradjasa, Mohammad Sobary, Radhar Panca Dahana, Putu Wijaya, dan Dewi Wijaya. Selain itu ada Ahmad Tohari, Tatang Ramadhan, Nasirun, Suhadi Senjaya, serta artis Olga Lidya dan Olivia Zalianty.
Setelah acara ramah tamah di beranda Istana Merdeka, Presiden bersama para budayawan dan seniman melanjutkan diskusi di bawah pohon besar di halaman belakang Istana Merdeka.
Beberapa budayawan menyampaikan pendapat dalam diskusi itu, termasuk Putu Wijaya dan Mohammad Sobary.
Sobary menilai, kecuali program pembangunan infrastruktur yang masif sebagai pondasi yang akan menjadi warisan di masa mendatang, pemerintah juga telah menguatkan suprastruktur ideologi Pancasila dan Revolusi Mental.
"Presiden telah memerintahkan penguatan Pancasila dengan lembaga baru dengan fungsi eksplisit menangkal ideologi lain," kata Sobary.
Revolusi Mental, menurut Sobary, jika dilaksanakan di tingkat bawah akan menjadi jawaban atas tuntutan rakyat.
Sobary juga menilai Jokowi memiliki gaya komunikasi politik yang berbeda dengan lainnya.
"Komunikasi politik seperti ini tidak ada gurunya, dan ternyata efektif tanpa harus ngeden-ngeden dan teriak-teriak," kata Sobary.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018