Jakarta (ANTARA News) - Kepala Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM, Nur Yuliantoro, berpendapat sulit memperkirakan sikap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam rencana KTT dengan Korea Utara.

"Contohnya saat Putin memenangkan Pemilu, para pembantu Trump mengingatkan agar tidak memberi selamat karena Putin merupakan diktator, juga mengintervensi Pemilu Amerika Serikat 2016. Tapi Trump tetap memberi selamat," kata dia, dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut Yuliantoro, sikap Trump yang tidak bisa diperkirakan ini tidak hanya berlaku dalam politik atau kebijakan di dalam negerinya, namun juga berlaku pada politik luar negeri Amerika Serikat.

Terkait dengan rencana pertemuan kedua pemimpin negara pada akhir Mei, Yuliantoro pun memberikan gambaran mengenai apa yang akan disampaikan Trump maupun Kim Jong-un.

Melalui pertemuan itu, Kim akan menunjukkan, pembicaraan itu bagian dari itikad baik Korea Utara kepada Amerika Serikat dan dunia internasional.

"Meski demikian, Korea Utara juga tidak enggan untuk ditekan agar menghentikan program peluru kendali balistik dan senjata nuklirnya," kata dia.

Sementara Trump, katanya, intinya akan meminta Korea Utara untuk lebih "berhati-hati" dengan keputusan pengembangan nuklirnya karena akan berhadapan dengan ancaman serangan militer.

"Itu hanya perkiraan melihat dari kepentingan mereka di kawasan, tapi intinya ya tetap tidak bisa diperkirakan," ujar dia. 

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018