"Dua hari lalu kita diskusi dengan para pelaku. Baik pelaku ritel, industri serta lembaga survey. Kita lihat bahwa ada pelemahan daya beli. Meskipun terus terang kita belum bisa menjawab kenapa," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman di Jakarta, Rabu.
Untuk itu, Gapmmi berkesimpulan bahwa pemerintah perlu ikut mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dengan beberapa upaya, di antaranya pencairan gaji 13 untuk Pegawai Negeri Sipil dan insentif konsumsi lainnya, untuk mendorong daya beli.
"Nah, kalau pemerintah bisa mendorong lagi misalnya dengan mengeluarkan gaji 13, April dikeluarkan, kemudian ada insentif konsumsi dalam negeri juga bisa didorong segera, itu akan baik," ujar Adhi.
Baca juga: IKM Jatim terima hibah mesin pengolahan mamin dari Jepang
Baca juga: Genjot ekspor agro, Indonesia perkuat kemitraan dengan Jepang
Baca juga: Industri mamin rekomendasikan "best before" daripada "expired"
Menurut Adhi, industri makanan dan minuman (mamin) tidak ingin kehilangan momen saat Ramadhan dan Lebaran yang jatuh pada April hingga Mei tahun ini, di mana konsumsi diprediksi akan melonjak.
Terkait tren belanja online yang saat ini marak dilakulan masyarakat Indonesia, Adhi menyampaikan hal ini belum berpengaruh besar terhadap menurunnya daya beli industri makanan dan minuman, yang notabene memiliki toko dalam bentuk fisik.
"Saya tidak yakin itu. Kalau ada pengaruh iya, tapi tidak masif. Apalagi di sektor makanan dan minuman, belanja online itu masih sangat kecil sekali," tukas Adhi
Kendati demikian, Adhi optimistis industri andalan ini mampu tumbuh hingga 9 persen hingga akhir 2018 dengan berbagai upaya yang dilakukan.
"Saya yakin masih di 9 persen," pungkasnya.
Baca juga: GAPMMI nilai IBA ajang inovasi roti
Baca juga: GAPMMI optimistis target pertumbuhan industri makanan minuman tercapai
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018