"Tahun ini targetnya 30 ribu hektare, sedangkan tahun sebelumnya targetnya 17 ribu hektare. Tentu targetnya kami naikkan terus, untuk meminimalkan risiko akibat kegagalan panen," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana di Denpasar, Rabu.
Pemerintah daerah ini melihat risiko gagal panen cukup tinggi mengingat musim kemarau yang berkepanjangan, serangan hama penyakit, dan banjir.
"Selain itu, persaingan pemanfaatan air antara sektor pertanian dan sektor domestik, juga semakin ketat," ujar Wisnuardhana.
Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, besaran premi AUTP untuk setiap hektare sawah adalah Rp180 ribu untuk satu kali musim tanam.
"Dari premi Rp180 ribu, sebesar 80 persen (Rp144 ribu) disubsidi dari APBN. Jadi, petani hanya membayar Rp36 ribu per hektare dalam satu kali musim tanam," kata dia.
Wisnuardhana menambahkan, pemerintah daerah bekerja sama dengan PT Jasindo dalam memantapkan koordinasi dan sosialisasi kepada petani.
"Sampai saat ini mungkin sekitar 10 ribu hektare sawah yang sudah disetujui petani untuk diasuransikan. Mudah-mudahan target tercapai, atau paling tidak di atas 20 ribu hektare," tutup Wisnuardhana.
Baca juga: Mentan luncurkan asuransi sawah dan sapi hindarkan petani dari kerugian
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018