Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar sembilan poin menjadi Rp13.757 dibanding posisi sebelumnya Rp13.748 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa dolar AS bergerak menguat karena sentimen mengenai perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok yang berlarut-larut membuat pelaku pasar cenderung menghindari aset mata uang berisiko seperti rupiah.

"Pelaku pasar cenderung memegang mata uang yang masuk dalam kategori safe haven untuk menjaga nilai asetnya," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah relatif terbatas, pelaku pasar akan merespon jangka pendek mengenai sentimen perang dagang. Perang dagang dinilai dapat menahan laju ekonomi Amerika Serikat ke depannya.

"Pelaku pasar akan kembali melepas dolar AS sehingga memberikan ruang bagi pergerakan sejumlah mata uang lainnya untuk terapresiasi, termasuk rupiah," katanya.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang terapresiasi juga dapat menjadi sentimen yang mendorong rupiah terapresiasi. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude menguat 0,25 persen menjadi ke posisi 63,17 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude naik 0,17 persen ke posisi 67,81 dolar AS per barel.

"Rupiah diestimasikan akan bergerak di kisaran Rp13.745-Rp13.762 per dolar AS," paparnya.

Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menambahkan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah kemungkinan masih dalam penjagaan Bank Indonesia sehingga tekanan yang terjadi akan cenderung terbatas.

"Di pasar global, dolar AS masih dalam tren penguatan, rupiah masih stabil menunjukan adanya penjagaan dari Bank Indonesia," ujarnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018