Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah akan kembali berupaya menangkap buaya ganas di Sungai Mentaya Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan memancingnya menggunakan umpan bebek.
"Rencananya besok (Rabu) kami akan menangkap buaya yang menyerang warga. Pancing akan diletakkan di dua lokasi, yaitu di sekitar muara Sungai Remiling (anak Sungai Mentaya) dan di sekitar lokasi serangan yakni di dalam alur Sungai Remiling," kata Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit, Muriansyah di Sampit, Selasa.
buaya serang manusia
Muriansyah mengaku sudah mengetahui insiden kembali terjadinya serangan buaya terhadap manusia. Pihaknya sudah menghimpun keterangan sebagai bahan laporan dan rencana aksi untuk menangkap buaya tersebut.
Senin (3/4) sekitar pukul 17.30 WIB, seorang pelajar bernama Yafqahu Kauli (17) warga Desa Ganepo Kecamatan Seranau, diserang buaya saat mandi di lanting depan rumahnya di pinggir sungai. Akibat kejadian itu, korban menderita luka robek di pergelangan tangan kiri dan harus mendapat jahitan. Korban bersyukur karena berhasil selamat dari keganasan buaya tersebut.
Ini kejadian kedua kasus buaya menyambar manusia selama 2018. Kejadian serupa juga terjadi di desa yang sama yakni Desa Ganepo yang di perairannya selama ini memang sering terlihat kemunculan buaya besar jenis buaya capit dan buaya muara.
Kamis (8/3) sekitar pukul 18.00 WIB lalu, seorang ibu rumah tangga di desa itu bernama Jumi (49), juga disambar buaya saat mencuci pakaian menjelang magrib. Untungnya saat itu mulut buaya terhalang kayu sehingga tidak berhasil menarik tubuh Jumi ke sungai. Korban menderita robek pada tangan kiri dan kanannya yang sempat dicakar dan digigit buaya.
Setelah kejadian itu, Muriansyah bersama timnya sempat mencoba menangkap buaya dengan cara memancing buaya menggunakan umpan bebek. Namun kegiatan itu dihentikan karena hingga beberapa hari umpan dipasang, buaya tidak juga muncul.
BKSDA tidak patah semangat. Kali ini mereka akan kembali memancing buaya menggunakan umpan bebek dan berharap berhasil menangkap buaya pemangsa tersebut.
"Buaya yang menyerang pelajar kemarin diperkirakan bukan buaya yang sebelumnya menyerang ibu-ibu. Kalau dulu itu jenis buaya muara, kalau yang terakhir ini sepertinya buaya capit. Menurut keterangan saksi dan korban, buaya yang menyerang bermoncong panjang atau buaya capit," kata Muriansyah.
Muriansyah menambahkan, berdasarkan pengalaman beberapa tahun terakhir di sekitar Sungai Remiling sudah ada empat kali serangan buaya. Buaya yang menyerang adalah jenis buaya capit yang diduga memang hidup di perairan kawasan tersebut.
Saat ini populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak. Habitat terbesarnya diduga berada di Pulau Lepeh, sebuah pulau kecil di tengah Sungai Mentaya kawasan perairan Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan karena warga sering melihat banyak buaya berjemur di pulau tak berpenghuni tersebut.
Biasanya buaya agresif saat musim kawin. Namun kini serangan buaya makin meningkat, diduga karena satwa ganas itu makin kesulitan mendapatkan makanan di habitatnya sehingga menyasar perairan sekitar penduduk dengan mengincar ternak warga, bahkan menyerang manusia.
Kasus sambaran buaya di Sungai Mentaya makin sering terjadi. Desember 2017 lalu terjadi dua kali sambaran buaya, untungnya korbannya berhasil selamat. Sebelumnya, kasus sambaran buaya di Sungai Mentaya sudah beberapa menyebabkan korban jiwa, bahkan sebagian jenazah korban tidak ditemukan lagi.
Baca juga: BKSDA ingatkan warga agar waspada serangan buaya
Pewarta: Norjani
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018