Jakarta (ANTARA News) - Komisi VII DPR menyepakati asumsi produksi minyak mentah sebesar satu juta barel per hari dan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) 60 dolar AS per barel yang diajukan pemerintah masuk dalam APBN Perubahan 2007.
Kesepakatan tersebut dicapai dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro yang dipimpin Ketua Komisi VII DPR Agusman Effendi di Jakarta, Rabu malam.
Target produksi minyak mentah itu sudah termasuk pemakaian minyak mentah buat injeksi uap lapangan minyak di Duri, Riau dan tukar gas ConocoPhillips dengan Chevron Pacific Indonesia atau dulu disebut pemakaian sendiri (own use) sebesar 50.000 barel per hari.
Menurut Purnomo, produksi minyak mentah Indonesia hingga 30 April 2007 tercatat mencapai satu juta barel per hari.
"Jadi, kami optimis hingga akhir tahun ini produksi minyak mentah juga bisa mencapai satu juta barel per hari," katanya.
Sebelum sepakat, sejumlah anggota DPR seperti Tjatur Sapto Edy,
Ismayatun, dan Effendi Simbolon mempertanyakan patokan harga ICP 60 dolar AS per barel mengingat harga minyak mentah dunia yang masih tinggi sekarang ini.
"Kami khawatir asumsi ini terlalu rendah, sehinggga berpotensi
membengkakkan defisit anggaran. Harga ICP antara 61-62 dolar AS per barel akan lebih aman dan mendekati kenyataan," kata Tjatur.
Namun, setelah dilakukan skors selama beberapa menit, akhirnya seluruh anggota Komisi VII DPR yang hadir dalam reker setuju dengan harga minyak 60 dolar AS per barel seperti usulan pemerintah.
Purnomo Yusgiantoro mengatakan, harga ICP sebesar 60 dolar AS per barel merupakan perkiraan yang cukup konservatif dan aman.
Menurut dia, selama Januari hingga Juni 2007, harga ICP tercatat
mencapai 62,9 dolar AS per barel.
"Dengan melihat kecenderungan tahun-tahun sebelumnya yakni harga minyak dunia yang turun di bulan Agustus-September dan naik sedikit di akhir tahun, maka kami prediksikan ICP 2007 berkisar antara 60-63 dolar AS. Tapi, kami ambil 60 dolar per barel yang cukup konservatif dan aman," katanya.
Purnomo juga mengatakan, patokan harga ICP itu penting artinya karena setiap penurunan satu dolar AS per barel maka penerimaan negara juga akan turun 400 juta dolar AS per tahun atau Rp3,6 triliun dengan asumsi Rp9.000 per dolar.
Namun, lanjutnya, subsidi BBM juga akan mengalami penurunan Rp2,5-2,7 triliun apabila patokan ICP turun satu dolar AS per barel.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007