Jakarta (ANTARA News) - Setelah memamerkan inovasi 5G-nya dalam gelaran Mobile World Congress (MWC) 2018 di Barcelona pada akhir Februari, penyedia solusi telekomunikasi, enterprise dan teknologi konsumen untuk internet mobile, ZTE, memamerkan berbagai teknologi tersebut ke Indonesia.

ZTE mengadakan acara bertajuk Leading 5G Tour 2018. Indonesia adalah negara pertama, dan acara serupa akan diadakan di negara lainnya di Asia.

"Bagi ZTE, Indonesia adalah tier one market karena cepatnya perkembangan dan besarnya potensi pasar di sini seiring dangan pertumbuhan angka GDP," ujar Benjamin Bai, Marketing Director ZTE Indonesia, dalam temu media di Jakarta, Senin.

ZTE meluncurkan lima solusi jaringan kabel baru di MWC 2018. Pertama, solusi 5G Flexhaul. Selanjutnya, solusi E-OTN. Solusi E-OTN dari ZTE sudah disempurnakan dari tahun lalu, dan mendukung Telefónica untuk melakukan penerapan komersil MAN lebih dari 100G di Meksiko.

Solusi ketiga adalah "IP + Optical" vPIPE. Solusi tersebut didasarkan pada pipe resource pooling dan resource sharing, mengubah cara tradisional untuk layanan adaptasi jaringan, dan beradaptasi dengan mudah untuk memenuhi permintaan untuk lalu lintas layanan.

Solusi ini disebut mampu meningkatkan utilitasi sumber daya dan jaringan IP serta Optikal sekitar 40 persen sampai 60 persen dan mengurangi CAPEX secara signifikan.

Keempat, solusi Big Video. ZTE telah menerapkan solusi tersebut pada sistem layanan video PVP OTT di operator Afrika selatan Cell C.

Terakhir, solusi Optical Access Platform, TITAN. Sebagai platform inti dari konvergensi fixed-mobile ZTE untuk 5G, TITAN memiliki lebar data optikal yang kuat dan mendukung 10G PON, NG-PON2 dan teknologi PON 25G/50G.

"Operator tertentu punya masalah tertentu, beda dengan operator lain. Maka dari itu, solusinya akan berbeda disesuaikan untuk mendukung arsitektur jaringan utama," ujar Mo Li, Chief Architect, CTO Group of ZTE, dalam kesempatan yang sama.

Saat ini, Bai mengatakan telah membuka pembicaraan dengan berbagai pihak.

"Fokus kami tidak hanya investasi bagaimana operator menerapkan 5G saja, tapi juga jangka panjangnya, bagaimana kalau ada teknologi baru operator bisa langsung mengikuti," kata dia.

Lebih lanjut, Bai menjelaskan bahwa ZTE telah menginvestasikan 12 persen dari pendapatan perusahaan dalam riset dan pengembangan, hal ini tercermin dari 23 ribu karyawan riset dan pengembangan dari total 80 karyawan.

"Saat 2G dan 3G sebagai follower, saat 4G kami menjadi key player. Untuk teknologi 5G ZTE adalah leader," ujar Bai.

ZTE telah bekerja sama dengan mitra yang tersebar di lebih dari 20 operator telekomunikasi di dunia, termasuk China Mobile, China Unicom, China Telecom, T-Mobile, Wind Tre di Italia, Telenet di Belgia, VEON, U Mobile di Malaysia dan KT di Korea Selatan.

ZTE juga bermitra dengan grup Ooredoo untuk merintis komersialisasi 5G di MENA, yang sudah diresmikan melalui penandatanganan MoU di MWC 2018.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018