Tokyo (ANTARA News) - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) pada Rabu menyerukan, agar Jepang melarang mantan Presiden Peru, Alberto Fujimori, menjadi anggota parlemen jika menang dalam pemilihan bulan ini, karena hal itu akan merusak nama baik Jepang di luar negeri. Fujimori, yang memiliki kewarganegaraan Jepang karena faktor keturunan, masih menjalani tahanan rumah di Chili, sambil menunggu permintaan ekstradisi oleh Peru, yang menginginkannya diadili di Peru atas tuduhan melakukan pelanggaran HAM dan korupsi. "Pemerintah Jepang seharusnya mengatakan kepada Fujimori untuk kembali ke Peru dan menjalani pengadilan di sana," kata Makoto Teranaka, Sekretaris Jenderal Amnesti Intenasional Jepang. "Komunitas internasional mengharapkan Jepang melakukan hal itu," katanya. Partai Rakyat Baru, sebuah kelompok oposisi konservatif kecil, mencalonlan Fujimori untuk kursi dewan tinggi parlemen dalam pemilu yang akan berlangsung 29 Agustus. Partai itu mengatakan, ia (Fujimori) merupakan korban persekongkolan politik." Fujimori, 68, sebelumnya menjadi presiden Peru selama 10 tahun hingga 2000 ketika ia melarikan diri ke Tokyo, dan mengirimkan faks pengunduran dirinya dari hotelnya ditengah skandal korupsi. Setelah lima tahun mengasingkan diri di Jepang, Fujimori secara tak terduga berkunjung ke Chili pada November 2005 yang kelihatannya akan kembali ke Peru, namun ditangkap. Para pengeritik mengatakan ia memerlukan sebuah kursi di parlemen untuk menghindari ektradisi ke Peru. Dalam pernyataan bersama, amnesti internasional Jepang dan kelompok-kelompok HAM dan aktivis lainnya menyerukan agar Tokyo menolak Fujimori kembali ke Jepang. "Seorang warga Jepang melakukan kejahatan di luar negeri, melarikan diri ke Jepang dan menghapus kejahatan masa lalunya dengan menjadi anggota parlemen. Dapatkah hal itu terjadi di Jepang", tanya Yasushi Higashinsawa, seorang pengacara keluarga korban pembantaian yang diduga dilakukan Fujimori. Suratkabar leberal Jepang Asahi Shimbun menentang pencalonan Fujimori, dan mengatakan Partai Rakyat Baru itu mencari jalan untuk membangun dukungan yang telah dilampaui oleh partai-partai besar. "Ia bukan dalam posisi untuk berkampanye bagi pemilu di Jepang," tulis suratkabar itu dalam tajuk rencananya, Rabu. "Tuan Fujimori seharuskan menanyakan bagi kepercayaan pemilih di Peru, bukan Jepang," tulis koran berpengaruh itu, seperti dikutip AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007