Palangka Raya (ANTARA News) - Tanaman kantong semar (Nephentes spp), yang dikenal sebagai pemakan serangga dan memiliki banyak nilai farmakologi (obat-obatan), kini semakin banyak dijarah dari hutan-hutan Provinsi Kalimantan Tengah untuk diperjualbelikan secara bebas tanpa upaya pembudidayaan. Salah seorang penjual kantong semar, Hadi, di Kota Palangka Raya, Rabu, mengakui semua jenis tanaman kantong semar yang dijualnya merupakan hasil memetik dari hutan-hutan di Kalimantan. Padahal tumbuhan yang masuk golongan karnivora tersebut termasuk yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi. "Upaya budidaya memerlukan waktu lama dan jumlah yang terbatas, sedangkan masyarakat kini sangat menggemarinya sehingga permintaan kantong semar juga semakin banyak. Kebanyakan masyarakat juga enggan mengeluarkan uang lebih banyak untuk kantong semar hasil budidaya," kata Hadi yang berasal dari wilayah Barito itu. Hadi sehari-hari menjalankan profesi penjual tanaman hias keliling, termasuk kantong semar dan anggrek. Orangtuanya khusus berprofesi mengambil tanaman hias dari hutan di wilayah Tumbang Samba dan Pundu, Kabupaten Katingan. Ia mengaku hanya menjual dua jenis kantong semar dari 12 jenis yang bisa ditemukan di hutan Katingan. Dua jenis yang banyak dicari masyarakat Kalteng itu adalah dari jenis Nephentes phorbia dan Kacimapatima. Tiap pot kantong semar dijual seharga Rp35 ribu sampai Rp70 ribu. "Masyarakat kebanyakan mencari untuk tanaman hias, sedangkan yang untuk obat-obatan masih sedikit yang mengerti. Padahal tanaman ini bisa untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti asma, diare, dan mag," ungkapnya. Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng Edy Sutiyarto mengatakan, kendati tanaman itu termasuk jenis yang dilindungi Undang-Undang, pihaknya belum bisa melakukan upaya penertiban terhadap praktik jual beli bebas kantong semar yang diambil dari hutan-hutan. "Kami berulangkali memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan para penjual bahwa tanaman ini termasuk jenis yang dilindungi sehingga harus ada upaya budidaya bila ingin diperjualbelikan. Jangan terus-terusan mengambil di hutan," jelasnya. Edy mengemukakan, habitat Nephentes di hutan-hutan Kalimantan lama-kelamaan bisa berkurang dan habis bila para penjual itu hanya berniat mengambil tanpa membudidayakan sendiri. BKSDA Kalteng sendiri berencana menggelar pelatihan pembuatan demplot kantong semar karena upaya budidayanya relatif mudah, namun di Kalteng hampir tidak ada yang melakukan karena di hutan masih banyak dijumpai. Suku Dayak Katingan banyak menyebut kantong semar sebagai ketupat napu. Napu berarti rawa, karena tanaman ini dulu hidupnya di rawa dan oleh masyarakat setempat sering dijadikan ketupat. Ketupat napu dimasak dengan memasukkan beras ke dalam kantong semar untuk kemudian dimasak seperti memasak ketupat. Sedangkan Suku Dayak Bakumpai yang mendiami wilayah Sungai Barito menyebut kantong semar dengan telep ujung. Kata ujung mengartikan nama seorang raja, dan telep adalah alat berbentuk silinder yang terbuat dari bambu. Alat tersebut biasanya dipakai menyimpan racun anak panah. Nepenthes tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga China bagian selatan. Di dunia telah ditemukan 82 jenis nepenthes, dan 64 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) merupakan pusat penyebaran nepenthes terbesar di dunia karena dari sana ditemukan 32 jenis. Umumnya nepenthes hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara cukup tinggi. Nepenthes bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Kantong semar tergolong ke dalam tumbuhan liana (merambat), berumah dua, serta bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Tumbuhan ini hidup di tanah, ada juga yang menempel pada batang atau ranting pohon lain sebagai epifit. Keunikan dari tumbuhan ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Sebenarnya kantong tersebut adalah ujung daun yang berubah bentuk dan fungsinya menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007