Kupang (ANTARA News) - Lapangan terbang peninggalan Jepang di wilayah Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan dikelola PT Merukh Lembata Copper untuk kepentingan bisnis pertambangan. "Ini sudah menjadi komitmen kami, dan pemerintah Kabupaten Lembata sudah menyetujuinya," kata Presiden Direktur PT Merukh Enterprises, Yusuf Merukh, kepada ANTARA News dari Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, pengelolaan bandara peninggalan Jepang itu menjadi salah satu rencana pihak perusahaan untuk memperlancar aktivitas penambangan emas di wilayah Kecamatan Buyasuri dan Lebatukan yang akan dimulai tahun depan. "Tahun depan, kita sudah mulai melakukan eksploatasi tambang emas di Kecamatan Buyasuri dan Lebatukan, meski sampai sejauh ini masih ada komponen masyarakat yang menolak usaha pertambangan dimaksud," katanya. Saat ini, sejumlah elemen masyarakat dari Kedang di Kecamatan Buyasuri bersama Bupati Lembata, Drs Andreas Duli Manuk bertemu dengan Yusuf Merukh untuk menyampaikan keinginan mereka agar perusahaan yang dipimpinnya segera melakukan eksploatasi tambang emas di Buyasuri. Potensi pertambangan emas di wilayah Kecamatan Buyasuri dan Lebatukan itu sekitar enam (6) miliar ton batu, yang berada pada areal seluas sekitar 33.890 hektar di Kecamatan Buyasuri dan 15.970 hektar lainnya di Kecamatan Lebatukan. Menurut Merukh, penambangan tahap pertama akan difokuskan pada 6 miliar ton batu atau 9 miliar ton biji tembaga dengan kadar 1,15 persen dan tiga gram emas per ton dengan perkiraan cadangan hipotesis akan mencapai sekitar 6 miliar ton batu," katanya. Usaha investasi pertambangan emas di Lembata itu merupakan kerjasama PT Merukh Enterprises Jakarta dengan Kupfer Produkte GmbH Jerman, Nortddeuttsche Affinerie AG Jerman, IKB Deuttsche Indutroebank AG Jerman serta beberapa lembaga keuangan internasional dari Inggris dan Jerman. Dari potensi tambang emas yang ada, pihaknya menargetkan produksi tembaga metal setiap tahun sekitar 350.000 ton dan memperkirakan dalam tempo 15-20 tahun mendatang, investasi sudah bisa kembali (break event point). Dalam hubungan dengan itu, menurut pria kelahiran Pulau Rote itu, fasilitas bandar udara menjadi sangat penting untuk mendukung kelancaran usaha dimaksud karena pihaknya akan mengoperasikan dua pesawat helikopter guna memantau perkembangan penambangan di daerah yang medannya sulit dilalui melalui jalur darat itu. Pengelolaan bandara dimaksud, kata dia, agar tidak mengganggu aktivitas penerbangan di bandara domestik Wunopito di Lewoleba, ibukota Kabupaten Lembata yang sudah difungsikan selama ini oleh pemerintah setempat. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007