Solo (ANTARA News) - Guru besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ke-191 Wiryanto meninggal dunia usai pengukuhannya di Kampus UNS, Surakarta, Jateng, Kamis (29/3).
"Saya juga baru cek tadi, berita yang saya dapat demikian. Sebetulnya pada saat pengukuhan tidak ada gejala apa-apa. Memang rencana pidato yang seharusnya hanya 30 menit molor menjadi hampir 50 menit," kata Rektor UNS Ravik Karsidi di Solo, Kamis.
Ia mengatakan setelah selesai pengukuhan pria kelahiran Sragen, 1 Agustus 1953 tersebut menyalami sekitar 200 orang yang mengikuti acara pengukuhan tersebut.
"Menurut saya kondisinya tidak terlalu capek, beliau juga masih sempat transit di ruangan keluarga di sini. Kami juga sempat menanyakan beliau ingin di komisi apa pada pengaturan senat universitas. Pada saat itu beliau menjawab ingin masuk ke komisi pendidikan," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari keluarga, sebelum akhirnya meninggal di RSUD dr Moewardi Surakarta, Wiryanto sempat pulang ke kediamannya di Colomadu, Karanganyar dan rencananya akan foto bersama keluarga.
"Mereka akan foto di daerah Jalan Slamet Riyadi, ketika mau ambil toga di mobil belakang kena serangan jantung dan terjatuh, kemudian dibawa ke rumah sakit dan meninggal di sana," katanya.
Terkait dengan penghormatan terakhir dari pihak universitas, Ravik mengatakan sudah menawarkan kepada keluarga untuk diadakan acara di Kampus UNS. Meski demikian, hingga saat ini belum ada kepastian.
"Keluarga masih akan berembug dulu, yang pasti pemakaman dilakukan besok dan kami belum dapat informasi pasti akan dimakamkan di mana," katanya.
Sebelumnya, pada pidato pengukuhannya, Wiryanto mengangkat tema pengelolaan sumber daya air terpadu berbasis kearifan lokal.
"Pidato pengukuhan saya, mengangkat tema yang sangat penting, krusial namun sederhana bagi seluruh umat manusia, yaitu masalah air tawar. Permasalahan air tawar yang sangat diperlukan bagi keperluan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketersediaan air tawar sangat terbatas dalam kuantitas maupun kualitasnya sejalan dengan perkembangan jaman diikuti dengan penurunan kuantitas dan kualitas air," katanya.
Terkait hal itu, sebagai solusinya adalah keterpaduan pengelolaan sumber daya air perlu didukung oleh kearifan lokal yang sudah tumbuh berkembang di kawasan sumber daya air tersebut.
"Tujuannya adalah untuk dapat membangkitkan semangat masyarakat dalam pertisipasinya pada pengelolaan sumber daya air," katanya.
Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018