Masalahnya bisa jadi berkaitan dengan produk atau metode pemasaran yang belum baik."

Yogyakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian mengantisipasi Industri Kecil Menengah (IKM) yang belum berhasil melenggang di pasar dalam jaringan (daring) berinternet atau online, usai mengikuti lokakarya e-Smart IKM.

“Kami mencoba memberikan solusi melalui fasilitator baik dari marketplace atau Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) IKM, mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata, atau konsultasi melalui Pusat Pengembangan Bisnis seperti Inkubator Bisnis,” kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih dalam keterangannya di Yogyakarta, Kamis.

Menurut identifikasi Direktorat Jenderal (Ditjen) IKM Kemenperin, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab belum suksesnya IKM berdagang di pasar (marketplace) daring, di antaranya adalah ketiadaan waktu untuk berjualan online karena sibuk berproduksi,bahkan ada yang sudah memiliki distributor sendiri.

“Untuk permasalahan ini, Ditjen IKM akan mengembangkan agregator, yakni platform yang mengumpulkan produk IKM dan memfasilitasi penjualan online, termasuk logistik dan layanan pelanggan, yang dapat dilakukan oleh Koperasi, Tenaga Penyuluh Lapangan (TPL) IKM, dan IKM Champion,” ujar Gati.

Baca juga: Kemenperin bimbing 50 Bhayangkari berwirausaha

Ia mengatakan faktor lain IKM gagal ke daring, yakni produknya tidak dijual eceran, atau produknya bersifat dari bisnis ke bisnis (B2B), seperti IKM yang memproduksi mesin dan peralatan produksi.

Hal itu, menurut dia, akan coba dipecahkan melalui kerja sama dengan B2B (business to business) Marketplace daring, seperti indonetwork, indotrading, ataupun alibaba.

Faktor terakhir yang menjadi penyebab belum berhasilnya IKM di e-Smart IKM adalah kurangnya penjualan yang tidak berkaitan dengan faktor-faktor sebelumnya.

“Masalahnya bisa jadi berkaitan dengan produk atau metode pemasaran yang belum baik,” tukas Gati.

Berdasarkan data yang didapat dari pasar daring, hingga Maret 2018, total nilai penjualan IKM dalam skema e-Smart mencapai lebih dari Rp320 juta.

Nilai penjualan terbesar berasal dari lomoditas logam senilai lebih dari Rp236 juta atau sekitar 70 persen dari total penjualan.

Setelah para pelaku IKM mengikuti Workshop e-Smart IKM dan telah memasarkan produknya melalui marketplace, Ditjen IKM akan memantau data kinerja setiap pelakunya.

Hasil yang didapat akan memperlihatkan berapa jumlah pelaku IKM yang sukses dalam transaksinya (champion), dan mereka yang belum sukses dalam transaksinya dan bahkan ditangguhkan (suspend).

Bagi mereka yang telah sukses, Ditjen IKM akan memberikan fasilitasi agar mereka dapat mengakses pasar yang lebih luas.

Akses pasar akan diberikan hingga ke pasar global, baik melalui fasilitasi pengembangan produk agar sesuai standar global, atau sebagai peserta pameran internasional.

“Selain itu, mereka juga berpeluang untuk menjadi reseller produk-produk IKM lain, dan diharapkan kisah sukses mereka akan menjadi inspirasi bagi para pelaku IKM untuk tumbuh dan berkembang,” demikian Gati Wibawaningsih.

Baca juga: Pemerintah berupaya jamin mutu produk obat dan kosmetika

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018