Yogyakarta (ANTARA News) - Kadar gas beracun yang keluar dari Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih tergolong rendah sehingga tidak terlalu membahayakan kesehatan dan jiwa manusia maupun lingkungan sekitarnya.
"Gas beracun yang dikeluarkan Gunung Merapi tidak terlalu berbahaya seperti di Gunung Salak di perbatasan Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat serta Gunung Dieng di perbatasan kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Ratdomo Purbo, Rabu.
Menurut dia, gas beracun yang dikeluarkan Gunung salak maupun Gunung Dieng tergolong sangat tinggi dan jika terhirup manusia dapat mengakibatkan kematian.
"Gas beracun Gunung Dieng yang dikeluarkan mampu menyebar pada jarak puluhan meter hingga beberapa kilometer, tergantung tingkat konsentrasi dan debit keluarnya gas," katanya.
Karena gas beracun Gunung Dieng tersebut memiliki karakter seperti itu, maka para pengunjung di kawah gunung tersebut diminta mematuhi setiap larangan yang terpasang di lokasi tersebut.
Ia mengatakan, jika gas beracun yang dikeluarkan gunung berapi berwarna pekat dan debitnya besar maka kewaspadaan harus ditingkatkan dan sebisa mungkin menjauh dari lokasi hingga radius tertentu, karena jika debitnya besar dalam jarak sepuluh meter orang yang menghirupnya bisa meninggal.
"Selama ini pengunjung punya kebiasaan kurang baik dengan tidak mematuhi larangan atau peringatan yang diberlakukan pengelola sehingga banyak jatuh korban," katanya.
Diktakannya, untuk wilayah DIY saat ini hampir tidak ditemukan adanya gas beracun yang berbahaya baik di Gunung Merapi maupun permandian air panas Parang Wedang dekat Pantai Parangkusumo, Kabupaten Bantul.
"Hampir tidak ada gas beracun yang pekat di DIY, gas beracun di Gunung Merapi masih tergolong rendah dan tidak pekat, begitu juga di permandian air panas Parang Wedang," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007