New York (ANTARA News) - Harga minyak turun sekitar satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat secara tak terduga meningkat 1,6 juta barel pekan lalu, sehingga menekan sentimen pasar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Juni ditutup 70 sen lebih rendah pada 68,76 dolar AS per barel, sedangkan untuk penyerahan Mei yang berakhir pada Kamis, turun 58 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap di 69,53 dolar AS per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, turun 87 sen atau 1,3 persen, menjadi menetap di 64,38 dolar AS per barel.
Persediaan minyak mentah AS meningkat karena impor bersih melonjak 1,1 juta barel per hari, menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA).
Stok di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, untuk minyak mentah berjangka AS juga naik 1,8 juta barel, kata EIA.
"Pasokan minyak di Cushing, Oklahoma mulai terisi kembali, yang `bearish` untuk harga, tetapi mereka telah jauh mendekati tingkat pasokan normal," kata John Kilduff, mitra di hedge fund energi Again Capital LLC di New York.
Produksi minyak mentah AS juga naik tipis minggu lalu ke rekor tertinggi baru di 10,433 juta barel per hari. Produksi telah meningkat hampir 25 persen dalam dua tahun terakhir menjadi lebih dari 10 juta barel per hari, mengalahkan eksportir utama Arab Saudi dan dalam jangkauan produsen terbesar, Rusia, yang memompa sekitar 11 juta barel per hari.
Diskon minyak mentah AS terhdap Brent melebar hingga 5,22 dolar AS, terbesar sejak 24 Januari.
"Biaya di AS semakin sedikit lebih murah untuk pengeboran dan itu salah satu aspek yang berpotensi mendorong selisih harga antara Brent dan WTI," Mark Watkins, ahli strategi investasi regional di US Bank Wealth Management mengatakan dari Salt Lake City, Utah.
Harga impas rata-rata untuk mengebor sumur baru di AS berkisar antara 47 dolar AS hingga 55 dolar AS per barel tergantung pada wilayahnya, menurut survei dari Federal Reserve Bank of Dallas pada Rabu (28/3).
Harga Brent telah meningkat dalam tujuh dari sembilan bulan terakhir dan telah meningkat lebih dari empat persen sepanjang tahun ini. Harga juga telah naik selama tiga kuartal berturut-turut, kenaikan terpanjang sejak akhir 2010 dan awal 2011, setelah pembatasan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sejak tahun lalu.
Penurunan harga pada Rabu (28/3) terjadi meskipun Arab Saudi mengatakan pihaknya sedang bekerja dengan Rusia tentang pakta jangka panjang yang dapat memperpanjang kontrol atas pasokan minyak mentah dunia oleh para eksportir utama selama bertahun-tahun.
Putera Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman, mengatakan kepada Reuters, Selasa (27/3), Riyadh dan Moskow sedang mempertimbangkan memperluas aliansi jangka pendek pada pembatasan minyak yang dimulai Januari 2017 setelah jatuhnya harga minyak, dengan kemitraan untuk mengelola pasokan yang berpotensi meningkat ke perjanjian 10 hingga 20 tahun.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018