Mereka ini saya bilang secara kemampuan dan mental tidak perlu diragukan lagi. Mereka bisa membaca kondisi lapangan dengan cepat. Mereka mengerti pola main musuh dan cara menghadapinya. Namun, ada satu yang saya takut, yakni kalau Kevin dan Marcus ceJakarta (ANTARA News) - Pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, menilai saat ini yang menjadi musuh utama pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo adalah cedera, yang tak jarang membuat pelatih sarat pengalaman tersebut khawatir.
"Mereka ini saya bilang secara kemampuan dan mental tidak perlu diragukan lagi. Mereka bisa membaca kondisi lapangan dengan cepat. Mereka mengerti pola main musuh dan cara menghadapinya. Namun, ada satu yang saya takut, yakni kalau Kevin dan Marcus cedera," kata Herry di Jakarta, Rabu.
Sebagai pasangan ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo memang tak perlu diragukan, sudah beberapa kali mengharumkan nama Indonesia melalui sejumlah gelar yang mereka raih.
Yang terbaru pada tahun 2018 ini, pasangan Indonesia ini sukses mempertahankan gelar juara turnamen bulu tangkis All England dengan menaklukkan Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark).
Bahkan pasangan ini dengan nyaman duduk di singgasana pemain ganda putra terbaik dunia dengan memecahkan rekor mengoleksi poin di atas 100 ribu hasil dari 10 gelar juara sejak tahun 2017 lalu.
"Untuk saat ini memang teknologi sudah maju, Marcus/Kevin terus dipantau oleh lawan untuk dikalahkan, tapi Marcus/Kevin selalu bisa menemukan jalan keluarnya agar bisa menghadapi lawan-lawannya," kata Herry.
"Namun sampai berapa lama mereka bisa begini, hanya Tuhan yang tahu. Akan tetapi, saya ingin mereka bisa jalan terus sampai Olimpiade 2020," ujar Herry.
Untuk turnamen selanjutnya yang terdekat, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo akan mulai kembali berlaga pada Mei mendatang, tepatnya dalam ajang Piala Thomas 2018.
Piala Thomas 2018 sendiri berlangsung di Impact Arena, Bangkok, Thailand, 20-27 Mei mendatang.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018