Jakarta (ANTARA News) - Setelah diakusisi oleh Grab, sopir mobil di layanan berbagi tumpangan Uber diminta untuk mendaftar ke Grab untuk dapat terus menjadi taksi online.
Sebagian sopir taksi online yang ditemui saat demonstrasi menuntut Peraturan Menteri Perhubungan nomor 108 tahun 2017 dicabut, kepada ANTARA News mengaku mereka bergabung dengan ketiga aplikasi pemesanan taksi online, yaitu Uber, Grab dan Go-Jek atau dua diantara ketiga aplikasi tersebut.
Seorang supir Uber berinisial AS mengaku cukup kaget ketika menerima pemberitahuan melalui aplikasi bahwa perusahaan tersebut sudah diakusisi, sehingga ia dan rekan-rekannya diminta untuk mendaftar ke Grab.
Meski demikian, AS pribadi mengaku tidak begitu terpengaruh dengan akuisisi tersebut karena akun Grab miliknya masih ada dan ia masih dapat menerima pesanan.
"Saya nggak masalah karena masih ada Grab dan Go-Car," kata AS yang mengaku sudah dua tahun mengemudikan taksi online itu.
Hanya saja, ia bersimpati pada rekan-rekan sesama pengemudi yang juga memasang aplikasi Grab, namun, karena suatu hal, akun tersebut ditangguhkan.
AS mengaku setelah mendapat kabar Uber diakuisisi pada Senin (26/3) lalu, ia belum mengambil pesanan dari aplikasi tersebut hingga kini.
Sementara itu pengemudi lainnya, PG, mengaku memasang aplikasi taksi online Go-Jek, Grab dan Uber sekaligus, sehari-hari ia bergantian mencari pesanan tumpangan dari tiga aplikasi tersebut. Dari ketiga layanan tersebut, ia mengaku cukup jarang mengambil pesanan dari Uber.
Baca juga: Curhat pengemudi Uber usai akuisisi
Baca juga: Kantor pusat Uber di Jakarta sudah kosong
Baca juga: Soal migrasi pengemudi Uber, ini penjelasan Grab Indonesia
Baca juga: Pengemudi mitra Uber merasa ditelantarkan
Cerita berbeda datang dari Dani Suhendro, ia mengaku hanya memasang aplikasi Uber. Dia belum memutuskan apakah akan mendaftar ke penyedia aplikasi lain atau menganggur sambil mencari pekerjaan lain.
"Saya bingung sekarang (Uber) mau ditutup. Saya sudah 4 tahun pakai Uber," kata dia.
Tyo Seno seorang pengemudi taksi online GrabCar secara pribadi mengaku tidak masalah jika para pengemudi Uber bermigrasi ke Grab.
"Mau Uber atau Grab sama saja. Selama ini kami dari tiga aplikasi berdampingan, nggak ada persaingan antar driver," kata Tyo.
PG pun berpendapat demikian, sebagai pengemudi yang juga banyak mengambil pesanan di Grab, ia tidak merasa lahannya diambil.
"Saya nggak merasa lahan diambil. Rezeki itu nggak ke mana, kalau tekun, pasti ada. Kami nggak ada sikut-sikutan (antar pengemudi berbeda aplikasi) di lapangan," kata dia.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018