"Selain mempertimbangkan nilai yang diperoleh siswa setiap semester, maka hasil ujian sekolah berstandar nasional (USBN) juga akan menjadi indikator dalam menentukan lulus atau tidaknya siswa dari sekolah," ucapnya di Yogyakarta, Rabu.
USBN untuk jenjang SMP digelar pada 9-16 April 2018 dan dilanjutkan pada 23-26 April 2018 untuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
Hampir semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah akan diujikan dalam USBN, yang meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
"Hanya mata pelajaran seperti muatan lokal dan pendidikan jasmani kesehatan yang tidak diujikan dalam USBN," kata Edy.
Jika siswa tidak bisa mengikuti USBN pada jadwal utama, maka siswa masih bisa mengikuti USBN susulan. "Namun, jika tidak mengikuti USBN sama sekali, maka siswa bisa dinyatakan tidak lulus," katanya.
Pada tahun ini, USBN sudah akan menerapkan soal dalam bentuk esai disamping soal pilihan ganda. Komposisi soal pilihan ganda dan esai adalah 90 banding 10. "Rata-rata akan ada lima soal esai di tiap mata pelajaran," katanya.
Soal USBN akan berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak 25 persen dan sisanya 75 persen adalah soal dari Kota Yogyakarta.
"Siswa akan mengerjakan soal pilihan ganda di lembar jawab komputer. Sedangkan soal esai dikerjakan di kertas terpisah," katanya.
Penilaian soal esai akan dilakukan oleh dua penilai, bahkan jika selisih nilai antar dua penilai utama mencapai 20 persen, maka hasil jawaban akan dinilai oleh penilai ketiga.
"Siswa sudah dipersiapkan sejak jauh hari untuk menghadapi USBN maupun UNBK. Sejumlah tes pendalaman materi pun terus dilakukan," katanya.
Sedangkan UNBK akan digunakan untuk pemetaan kualitas pendidikan di daerah termasuk untuk kebutuhan pendaftaran di jenjang sekolah yang lebih tinggi. "Namun, UNBK bukan menjadi faktor penentu kelulusan," katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018