Jakarta (ANTARA News) - Inggris mungkin saja tidak memilih Brexit atau keluar dari Uni Eropa jika tidak dicurangi oleh kampanye gerakan Vote Leave, kata Christopher Wylie, bekas karyawan Cambridge Analytica, seperti dikutip BBC.
Cambridge Analytica adalah perusahaan konsultansi politik Inggris yang berada di pusat skandal manipulasi data puluhan juta pengguna Facebook yang telah dimanfaatkan untuk memenangkan Donald Trump pada Pilpres 2016 dan ditengarai telah dimanfaatkan pula di Inggris untuk memenangkan referendum Brexit.
Christopher Wylie menyatakan Vote Leave dan kelompok-kelompok lain pro-Brexit mempunyai agenda sama dengan mengarahkan dukungan publik.
Kepada parlemen Ingggris, Wylie mengungkapkan kelompok-kelompok pro-Brexit itu telah menggunakan Aggregate IQ, ciptaan perusahaan analisis data itu, untuk menyasar suara mengambang, dengan mengunakan informasi yang ditarik dari database Cambridge Analytica.
Lihat juga: Facebook digugat tiga pengguna
Tetapi Cambridge Analytica membantah ikut bermain dalam referendum Brexit, seraya menuduh Wylie tidak mempunyai pengetahuan atas operasi perusahaan konsultan politik ini mengingat dia sudah meninggalkan perusahaan itu pada Juli 2014.
Demikian juga dengan gerakan Vote Leave yang membantah tudingan Wulie bahwa mereka telah melanggar aturan belanja kampanye selama kampanye referendum Brexit.
Tampil di hadapan Komisi Media parlemen Inggris, Wylie yakin sekali Vote Leave, BeLeave dan kelompok-kelompok pro-Brexit bekerja sama satu sama lain dan memiliki agenda bersama.
Tetapi Menteri Lingkungan Michael Gove menepis tuduhan itu dengan menyatakan referendum Brexit dilakukan secara bebas dan jujur.
"Saya kira beberapa dari tudingan itu sudah diselidiki oleh Komisi Pemilu, dua kali malah, dan sudah jelas dari dua penyelidikan itu tidak ada sesuatu yang salah."
Lihat juga: Uni Eropa terus menekan Facebook soal data pengguna
Pewarta: ANTARA
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018