Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Presiden Palestina, Mahmud Abbas, meminta (dikerahkannya) pasukan internasional di Jalur Gaza, yang sekarang dikuasai oleh saingannya, gerakan Hamas. "Kami telah menyatakan pentingnya pengerahan pasukan internasional ke Jalur Gaza untuk menjamin pengiriman bantuan kemanusiaan dan untuk memungkinkan warga sipil masuk dan keluar secara bebas," kata Abbas dalam konferensi pers bersama di Ramallah, setelah pembicaraan dengan PM Italia, Romano Prodi yang berkunjung. Abbas menyebutkan kira-kira 4.000 warga Palestina telah dirintangi di terminal perlintasan Rafah di perbatasan Mesir, yang telah ditutup selama hampir satu bulan sejak pengambilalihan Gaza oleh Hamas, 11 dari mereka dilaporkan telah meninggal akibat memeburuknya kondisi kemanusiaan. Prodi mengatakan pengerahan pasukan internasional akan membutuhkan persetujuan dari semua pihak yang terlibat dan bahwa masalah itu "belum diuji secara rinci", menurut terjemahan pidatonya dalam bahasa Arab. Permintaan Abbas itu mengancam makin memperluas lagi jurang perbedaan yang menganga di Palestina, karena Hamas telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan menerima tentara asing di Gaza dan akan memperlakukan mereka sebagai kekuatan pendudukan. Kepala kelpmpok parlemen Hamas, Salah al-Bardawil, menegaskan lagi sikap itu Selasa. "Kami tidak akan menerima kehadiran pasukan internasional," ia mengatakan pada konferensi pers di Gaza, seperti dilaporkan AFP. "Kedatangan pasukan seperti itu akan menjadi campurtangan yang mencolok dalam urusan Palestina dan pendudukan baru kami tolak sepenuhnya," ia mengatakan, menuduh Abbas telah "menyekutukan dirinya dengan pihak asing melawan Hamas". Gerilyawan dari kelompok garis keras Hamas telah menyerang pasukan yang setia pada Ababs di Gaza pada 15 Juni, yang secara efektif membagi Palestina menjadi dua entitas, dengan presiden menguasai Tepi Barat yang diduduki dan Hamas memerintah Gaza. Menyusul pengambilalihan Gaza oleh kelompok yang piagamnya menyerukan penghancuran negara Yahudi itu, Israel menutup wilayah yang penuh sesak tersebut, meskipun mengizinkan bantau kemanusiaan terbatas. Penutupan itu telah memicu peringataan akan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut, yang merupakan salah satu tempat berpenduduk paling padat di bumi, tempat lebih dari 80 persen dari 1,5 juta warganya bergantung pada bantuan. Abbas kembali mengesampingkan pembicaraan dengan Hamas. Prodi memberikan dukungan penuh pada Abbas dan pemerintah darurat yang dipimpin oleh perdana menteri yang didukung-Barat dan ahli ekonomi yang dihormati Salam Fayyad, yang presiden tunjuk setelah membubarkan kabinet pimpinan-Hamas segera sesudah pengambilalihan Gaza oleh gerakan Islam itu. "Upaya presiden Abbas dan Fayyad harus didukung benar-benar," kata Prodi. "Mereka harus dapat menunjukkan pada rakyat mereka bahwa ada sinar harapan yang hidup." Memberikan bantuan kemanusiaan pada Palestina "tidaklah cukup", katanya. "Kita harus menciptakan investasi, memudahkan gerakan orang dan barang sehingga situasi ekonomi meningkat." Prodi, yang telah bertemu dengan para pejabat Israel, Senin, sedang dalam kunjungan pertamanya ke Israel dan wilayah Palestina sejak berkuasa pada 2006. Ia juga telah mengunjungi kamp pengungsi Palestina Dheisheh di Tepi Barat dekat Bethlehem, tapi ketika pesawatnya akan bertolak, Selasa, hadiah yang diterimanya telah disita, lapor televisi publik Israel. Televisi itu mengatakan seorang pejabat naik pesawatnya di Bandara Ben Gurion Tel Aviv dan memindahkan hadiah itu, karena belum diperiksa oleh keamanan Israel. Hadiah itu akan dikembalikan ke konsulat Italia di Tel Aviv dan kemudian diteruskan ke Italia, dengan bagasi diplomatik ketika hadiah itu telah dibersihkan, radio tersebut menambahkan. (*)
Copyright © ANTARA 2007