Jakarta (ANTARA News) - Gerakan "global Love the Leuser" yang mengajak masyarakat dunia menjaga Ekosistem Leuser menyampaikan pesan kepada Gubernur Aceh Irwandi Yusuf agar memenuhi janjinya mewujudkan Visi Hijau Aceh memberikan perlindungan permanen Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Ketua Yayasan HAkA Farwiza Farhan dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan pesan tersebut berhasil meraih 10.800 dukungan dari netizen di seluruh dunia melalui sebuah surat terbuka yang disampaikan secara daring.
Surat tersebut berisi ucapan terima kasih atas keputusan Gubernur memperpanjang moratorium izin baru untuk pertambangan batu bara mineral dan kelapa sawit pada Januari 2018, serta mendorong tindak lanjut perlindungan jangka panjang bagi Ekosistem Leuser.
Menurut dia, mulai dari komunitas lokal, ahli biologi satwa ternama, konservasionis hutan, aktivis hak asasi manusia dan pejuang perubahan iklim sangat berharap agar Irwandi Yusuf, yang terkenal dengan sebutan "Gubernur Hijau" karena kepemimpinan politik dan usaha konservasinya, akan memprioritaskan kebijakan dan tindakan untuk melindungi dan memulihkan Ekosistem Leuser, menghormati hak masyarakat adat dan berinvestasi dalam pembangunan yang benar-benar bertanggung jawab serta berkelanjutan hingga tingkat yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Farwiza, salah satu tantangan kerusakan yang dihadapi oleh KEL saat ini adalah proyek PLTA Tampur, karena berdasarkan analisis dokumen perencanaan lingkungan, proyek ini rencananya akan membanjiri area hutan lindung seluas 4.000 hektare (ha), dengan bendungan setinggi 173,5 meter.
Setidaknya 32 kilometer (km) jalan akan dibangun melalui hutan lindung untuk mengakses lokasi PLTA tersebut, desa di sekitar proyek akan direlokasi ke kawasan lain yang berdampak pada perambahan hutan untuk pembangunan desa dan pembukaan kebun warga.
Ia berharap Gubernur bisa mewujudkan visi hijaunya dengan memastikan moratorium ditegakkan, menyertakan Kawasan Ekosistem Leuser dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) dan membatalkan semua proposal mega proyek infrastruktur yang berpotensi merusak KEL, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tampur dan Kluet.
Profesor Kebijakan Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB) Hariadi Kartodihardjo mengatakan bahwa pengelolaan sumber daya alam yang merupakan salah satu andalan dari Provinsi Aceh seharusnya tetap memperhatikan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan aspek sosial yang sering diabaikan.
"Kekayaan Aceh ini semestinya sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat Aceh. Saat ini kebutuhan prioritas masyarakat adalah infrastruktur pertanian dan pendidikan dasar, namun proyek energi biasanya tidak melihat sedetail itu, hanya melihat potensinya lalu mengundang investornya, tetapi proses terkait bagaimana pembangunan itu dilakukan kapasitasnya masih rendah sekali untuk memastikan bahwa pembangunan ini sejalan dengan ekonomi, sosial dan lingkungan," ujar dia.
Taman Nasional Gunung Leuser yang menempati sepertiga dari wilayah Ekosistem Leuser, saat ini masih termasuk dalam kategori Situs Warisan Dunia UNESCO dalam bahaya.
"Ketenaran Ekosistem Leuser memang tidak bisa menjamin perlindungan, namun perhatian yang sangat besar dari dunia internasional bisa mengirimkan pesan yang nyata kepada para pengambil kebijakan dan dunia industri bahwa dunia tidak akan tinggal diam atas kerusakan yang terjadi di Ekosistem Leuser," kata Direktur Orangutan Information Centre (OIC) Panut Hadsiswoyo yang juga mewakili organisasi masyarakat sipil pada pertemuan pertemuan Komite Warisan Dunia.
Ekosistem Leuser merupakan bentang alam penuh harapan. Cara untuk melindunginya adalah dengan semua pihak??termasuk masyarakat, pemerintah dan industri kelapa sawit??saling bekerja sama untuk melindungi hutan hujan, lahan gambut, dan sungai yang memberikan kehidupan untuk masyarakat Aceh dan penduduk bumi untuk kita wariskan pada generasi yang selanjutnya, kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh M Nur.
Baca juga: FKL temukan 4.542 jerat satwa liar di Leuser
Baca juga: Megawati berharap Taman Nasional Gunung Leuser dijaga
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018