Sydney (ANTARA News) - Australia mengusir dua diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan racun saraf di Inggris, kata Perdana Menteri Malcolm Turnbull, Selasa. Pemerintah Inggris mempersalahkan Moskow atas peristiwa racun tersebut.
"Bersama dengan Inggris Raya dan sekutu serta mitra lain, Australia mengambil tindakan dalam menanggapi serangan racun saraf baru-baru ini di Salisbury, Inggris," kata Turnbull dalam pernyataan.
"Dua diplomat Rusia, yang diketahui sebagai intelijen, yang tidak diakui secara terbuka, akan diusir oleh Pemerintah Australia atas tindakan tidak sesuai dengan kedudukan mereka, sesuai dengan Konvensi Wina," katanya.
Pada pekan lalu, negara anggota Uni Eropa, dalam pertemuan puncak mereka sepakat mengambil langkah hukuman tambahan terhadap Rusia atas serangan racun saraf di Inggris.
Sementara itu, Moskow menuding kelompok negara-negara Eropa itu ikut melancarkan kampanye anti-Rusia yang diarahkan oleh London.
Moskow telah membantah berada di balik serangan terhadap bekas mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya. Serangan diketahui menggunakan racun saraf untuk pertama kalinya di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Namun, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bukti soal kesalahan Rusia seperti yang disampaikan Perdana Menteri Inggris "sangat berdasar". Merkel menjanjikan akan mengupayakan langkah-langkah baru setelah para pemimpin Uni Eropa sebelumnya sepakat untuk memanggil para duta besar mereka dari Moskow.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut serangan itu "belum pernah terjadi sebelumnya" dan mengatakan Eropa harus mengeluarkan tanggapan.
Sebagai dukungan terhadap PM May, Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara sepakat mengutuk serangan itu dan menyatakan dalam pertemuan puncak di Brussel bahwa "kemungkinan besar" Moskow bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Moskow membalas langkah Inggris, yang mengusir 23 diplomat Rusia, dengan memerintahkan tindakan serupa terhadap 23 diplomat Inggris.
(G003/B002)
Pewarta: SYSTEM
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018