New Yor (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia turun pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena para investor melakukan aksi ambil untung setelah reli pekan lalu, tetapi kekhawatiran tentang ketegangan Saudi-Iran membatasi penurunan lebih lanjut.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei, kehilangan 0,33 dolar AS atau 0,5 persen menjadi ditutup pada 70,12 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Mei, turun 0,33 dolar AS atau 0,5 persen menjadi menetap di 65,55 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Pekan lalu, minyak mentah Brent naik 6,4 persen dan WTI naik 5,7 persen, kenaikan mingguan terkuat sejak Juli.
"Saya tidak melihat ada yang luar biasa `bearish` di pasar saat ini. Saya pikir beberapa orang di sini hanya ... senang mengambil untung," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka pada Mizuho di New York.
Meskipun harga minyak mentah dan produk berjangka tergelincir pada Senin (26/3), sebagian besar harga-harga saham untuk perusahaan energi, terutama penyuling, naik, kata Yawger. Indeks Energi S&P meningkat lebih dari satu persen.
Pasar saham global turun ke terendah enam minggu karena laporan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok akan memulai pembicaraan perdagangan, mengurangi kekhawatiran perang perdagangan. Para analis khawatir bahwa perang dagang dapat merugikan permintaan minyak.
Presiden AS Donald Trump pekan lalu menandatangani sebuah memorandum yang dapat mengenakan tarif hingga 60 miliar dolar AS atas produk-produk impor dari Tiongkok.
"Pasar (minyak) turun kembali setelah terdorong menguat pekan lalu. Saya pikir tingkat 70 dolar AS di Brent, 67 dolar AS untuk WTI ... mulai memicu kekhawatiran peningkatan tingkat produksi AS," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Jumlah rig minyak AS yang aktif naik ke level tertinggi dalam tiga tahun menjadi 804 rig minggu lalu, menyiratkan kenaikan lebih lanjut dalam produksi minyak mendatang, perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Jumat (23/3).
"Dengan produksi minyak mentah AS kemungkinan akan mendekati 10,5 juta barel per hari dan produksi LNG (cairan gas alam) juga meningkat kuat, ada peluang jelas bahwa pertumbuhan pasokan tahun-ke-tahun di AS, setidaknya untuk sementara mencapai dua juta barel per hari selama bulan-bulan musim panas," tulis analis JBC.
Pasar juga menemukan dukungan dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Pertahanan udara Saudi menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan oleh milisi Houthi di Yaman pada Minggu (25/3), beberapa di antaranya menargetkan ibukota Saudi, Riyadh.
Di Asia, minyak mentah berjangka Shanghai membuat debut yang kuat dalam hal volume, karena para investor dan pedagang komoditas membeli instrumen perdagangan minyak keuangan terbaru di dunia. Demikian Reuters
(A026/A011)
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018