Jakarta (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) untuk menciptakan inovasi yang mengangkat potensi daerah masing-masing dan mampu menyejahterakan masyarakat.
"Potensi di daerah sangat penting, karenanya semua Balitbangda harus bisa mendorong semua potensi daerah untuk jadi satu inovasi. Maka mulai sekarang semua harus kerja sama, harus jalankan triple helix atau quadran helix," kata Nasir dalam Sosialisasi Program Pengembangan Klaster Inovasi Berbasis Produk Unggulan Daerah (PUD) di Jakarta, Senin.
Nasir juga meminta agar inovasi yang dikembangkan di daerah benar-benar bisa meningkatkan perekonomian dan menyejahterakan masyarakat. "Yang penting inovasi itu bisa dikomersialisasikan. Kalau tidak bisa itu berarti bukan inovasi."
"Kenapa masyarakat masih ada yang miskin, karena mungkin di tempatnya tidak ada pekerjaan. Tapi ada juga punya pekerjaan namun tetap tidak sejahtera, ini yang harus bisa dipecahkan dengan inovasi," ujar dia.
Ia berpesan agar pemerintah daerah (Pemda) menyederhanakan peraturan-peraturan di daerahnya masing-masing yang sekiranya bisa menghambat berkembangnya inovasi. Sehingga dunia usaha nantinya mau berkembang memanfaatkan inovasi hasil penelitian dan pengembangan (litbang) tersebut.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ke depan tidak bisa lagi hanya bergantung pada keunggulan komparatif yang mengeksploitasi habis sumber daya alam dan mengandalkan sumber daya manusia murah.
Pemberian nilai tambah dengan memanfaatkan inovasi yang komersial menjadi titik beratnya. Agar kesejahteraan masyarakat benar-benar bisa dicapai, ujar dia.
Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristedikti) Jumain Appe mengatakan upaya memperlancar kolaborasi akademisi, bisnis, pemerintah dan kelompok masyarakat dilakukan Kementerian dengan menciptakan klaster inovasi di delapan daerah.
Beberapa klaster inovasi yang sedang berjalan yakni klaster kelapa di Sulawesi Utara, klaster nilam di Aceh, klaster mobil pedesaan di Jawa Barat, klaster kopi di Jawa Timur, klaster padi di Luwuk, klaster garam di Jeneponto.
Pada 2017, ia mengatakan Kemristekdikti melalui Ditjen Penguatan Inovasi sudah memberikan dukungkan dana hingga Rp7 miliar untuk membantu pengembangan klaster-klaster inovasi tersebut. Dan di 2018, angka yang sama akan dikucurkan untuk melanjutkan dukungan hingga hilirisasi produk inovasi dari beberapa klaster yang masih membutuhkan pengembangan.
Menurut Jumain, dari delapan klaster yang ada sudah ada sekitar empat klaster yang sudah menghasilkan produk inovasi, salah satunya seperti di klaster nilam di Aceh.
Ditjen Penguatan Inovasi memberi dukungan mulai dari pendanaan hingga pembimbingan agar klaster berjalan baik dan menghasilkan produk inovasi yang komersial dengan mendatangkan para ahli ke masing-masing klaster, mengajak pelaku program klaster untuk studi banding ke daerah yang sudah lebih unggul, hingga mempertemukan dengan pihak akademisi dan industri.
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018