Jayapura (ANTARA News) - Sekelompok pemuda di Papua mengajak warga di daerah itu untuk bersikap bijak dalam menyikapi isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) karena dapat memecah belah persatuan dan kesatuan yang telah tercipta dan terjaga dengan baik.
Ajakan ini disampaikan oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Cenderawasih Paskalis Boma, yang didampingi Putra Rumagia pengurus HMI Cabang Jayapura, Ketua GMNI Cabang Jayapura Ricky Bofra, Ketua PMKRI Cabang Jayapura Benediktus Bome dan dua anggotanya Jems Wafom serta Adrian Kasella T di Kota Jayapura, Senin.
"Kami bersama kelompok Cipayung yang ada di Papua dengan tegas menolak oknum-oknum yang memainkan isu SARA yang bisa memecah belah kerukunan hidup umat beragama dan persaudaraan yang sudah terjalin baik di Papua," katanya.
Mengenai persoalan pembangunan menara Masjid Al Aqsa di Sentani, Kabupaten Jayapura, kata dia, ada pemerintah daerah dan instansi terkait yang akan mengurus dan mengatur hal itu, sehingga pemuda dan masyarakat luas di Papua tidak perlu terprovokasi.
Apalagi, berpijak pada berita `hoax` dari media sosial yang keabsahan atau kebenaran beritanya masih perlu di konfirmasi lagi.
"Belakangan ini ada ceramah dari oknum pemuka agama yang jadi viral di media sosial. Memang kami sangat sayangkan pernyataan yang disampaikan itu karena telah menodai agama tertentu. Ini yang kami tolak dengan tegas, karena kami di Papua telah hidup berdampingan dengan baik selama ini," kata Paskalis.
Hal senada diungkapkan Putra Rumagia bahwa masyarakat tidak boleh terpedaya dengan isu perpecahan yang sedang dimainkan oleh pihak yang tidak bertangungjawab, karena pemerintah tidak akan tinggal diam.
"Terkait persoalan pembangunan menara Masjid Al Aqsa di Sentani, Bupati Jayapura, MUI dan pihak terkait sudah buat tim kecil dan sedang menyelesaikannya. Harapannya masyarakat tidak terbawa dalam persoalan yang bisa memicu konflik SARA, kami sebagia pemuda sangat berharap agar hal ini cepat terselesaikan," kata Putra Rumagia.
Sementara itu, Benediktus Bome menyampaikan bahwa konsep Papua tanah damai yang sering digaungkan selama ini perlu dan harus dijaga oleh semua lapisan masyarakat, sehingga isu intoleransi yang sedang berkembang belakangan ini bisa diselesaikan dan diredam dengan baik.
"Kita ingin hidup aman dan nyaman, apalagi sedang dalam proses demokrasi pemilihan gubernur, kami beharap isu ini tidak bercampur dengan politik, sehingga para pemangku kepentingan harus memagari hal ini, jangan sampai jadi polemik," kata Benediktus Bome.
Sedangkan, Ricky Bofra meminta kepada pihak berwajib dan instansi terkait agar segera bekerja cepat dengan menyikapi persoalaan di Sentani dan ceramah dari seorang pemuka agama yang menjadi viral di media sosial.
"Polisi dan pihak terkait harus segera bertindak, jangan sampai masalah ini meluas. Kami juga ajak warga untuk tidak gampang terhasut dengan isu perpecahan," katanya.
Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018