Kuala Lumpur (ANTARA News) - Kepolisian Malaysia telah menangkap tujuh pria anggota jaringan kelompok militan ISIS yang merencanakan serangan ke tempat-tempat ibadah non-Muslim dan sejumlah target lainnya, kata pihak berwenang, Sabtu.
Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam itu telah meningkatkan kesiagaan sejak kelompok bersenjata yang bersekutu dengan ISIS melancarkan serangan di Jakarta pada Januari 2016.
Enam warga Malaysia ditangkap di negara bagian Johor sementara satu lainnya, warga negara Filipina yang merupakan anggota Abu Sayyaf jaringan ISIS, ditangkap di negara bagian Sabah dalam rangkaian operasi antara 27 Februari dan 15 Maret, kata Inspektur Jenderal Polis Mohamad Fuzi Harun dalam pernyataan.
Ia mengatakan keenam orang yang ditahan di Johor merupakan anggota kelompok kecil ISIS dan termasuk seorang teknisi berusia 37 tahun. Teknisi itu telah merekrut orang-orang militan dan diyakini sebagai dalang rencana serangan terhadap rumah-rumah ibadah non-Muslim di ibu kota negara bagian tersebut.
Tersangka kedua adalah seorang penjaga keamanan, yang bertugas sebagai penasihat kelompok dan memastikan kegiatan-kegiatan mereka tetap dirahasiakan.
Orang ketiga diberi tugas membeli senjata-senjata api dari sebuah negara tetangga dan memastikan target-target serangan, katanya.
"Kesemuanya berencana melarikan diri ke sebuah negara tetangga dan mencari tempat berlindung dari suatu kelompok militan setelah mereka melaksanakan rencana tersebut," kata Muhamad Fuzi. Ia tidak menyebutkan nama negara tetangga yang dimaksud.
Pihak berwenang telah menangkap tiga anggota lainnya dari kelompok yang sama dalam operasi lanjutan. Mereka yang ditangkap termasuk seorang karyawan restoran berusia 25 tahun, yang mendapat perintah untuk menculik dan membunuh para personel kepolisian.
Mohamad Fuzi mengatakan kepolisian juga menangkap seorang warga Filipina berumur 31 tahun di Sabah di Pulau Kalimantan. Warga Filipina itu disebut-sebut merupakan orang kepercayaan pemimpin kelompok Abu Sayyaf, Furuji Indama, dan mempunyai hubungan dengan warga militan Malaysia, Mahmud Ahmad.
Warga Filipina itu menjadi buronan pihak berwenang di negaranya atas keterlibatan dalam sindikat penculik yang menuntut tebusan. Ia merupakan ahli dalam merakit bahan peledak.
Mohamad Fuzi mengatakan tersangka tersebut telah berencana melancarkan sejumlah serangan di Sabah dan bertanggung jawab untuk membuat negara bagian itu menjadi tempat berlindung bagi kelompok-kelompok teror dari Filipina.
Malaysia telah menangkap ratusan orang dalam beberapa tahun terakhir ini atas dugaan keterlibatan mereka dengan kelompok-kelompok militan.
Pada Juni 2016, Kuala Lumpur mendapat serangan granat di sebuah bar di pinggiran ibu kota Malaysia itu hingga mencederai delapan orang. ISIS menyatakan sebagai pelaku serangan, yang pertama kali dilakukan di wilayah Malaysia oleh kelompok itu, demikian Reuters.
(Uu.T008/M016)
Pewarta: SYSTEM
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018