Banjarmasin (ANTARA News) - Bencana tahunan berupa kabut asap tebal yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan semak belukar kini mulai dirasakan masyarakat Propinsi Kalimantan Selatan, meski baru beberapa hari hujan tidak mengguyur. "Berdasarkan hasil pemantauan satelit, ternyata sekarang sudah ditemukan sedikitnya 20 titik api akibat kebakaran hutan dan lahan," kata Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan, Ir Suhardi di Banjarmasin, Selasa. Kepada ANTARA seusai memberikan penjelasan dalam acara jumpa pers bulanan di gedung PWI Kalsel, Suhardi mengatakan bahwa ia menaksir bencana kabut asap bakal kian pekat lagi di minggu-minggu mendatang. Namun kalau melihat kondisi kemarau yang masih terjadi hujan (kemarau basah) maka jumlah kebakaran hutan dan semak belukar tidak akan sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, katanya, kewaspadaan tetap perlu untuk mengantisipasi serangan kabut asap tersebut. Dari 13 kabupaten/kota Kalsel, areal yang paling rawan bencana kabut asap umumnya di daerah yang banyaknya lahan rawa-rawa dan semak belukar, seperti di Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Banjar, serta Kabupaten Batola. Di tiga wilayah tersebut walau tidak memiliki hutan yang luas tetapi memiliki semak belukar dan lahan pertanian, namun sudah kebiasaan petani setempat sengaja membakar lahan pertaniannya guna memudahkan penggarapan lahan untuk musim tanam selanjutnya. Api hasil pembakaran lahan pertanian tersebut seringkali merembes ke semak belukar lalu ke hutan, bahkan kalau sampai merembes ke lahan gambut tebal dan ada batubara maka api sangat sulit dipadamkan. Pada musim kemarau panjang jumlah titik api di lokasi-lokasi seperti itu sudah begitu banyak jumlahnya, bahkan tahun 2006jumlah titik api di Kalsel mencapai 5800 titik api. Oleh sebab itu agar jumlah kebakaran bisa ditekan beberapa langkah kini sudah dilakukan antara lain dengan surat edaran Gubernur Kalsel yang meminta kepada seluruh walikota/bupati menyiapkan segala peralatan dan tenaga dalam upaya penanggulangan kebakaran. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel juga sudah pula mengeluarkan semacam fatwa yang mengharamkan melakukan pembakaran lahan semak belukar dan hutan, kata Suhardi. Sementara dana yang dialokasikan dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Kalsel dinilai relatif kecil hanya Rp300 juta per tahun, padahal dana tersebut selain biaya operasional juga digunakan untuk penyuluhan. Jumlah tersebut jauh dibandingkan dengan propinsi Riau, yang juga sering dilanda kebakaran, yang dana penanggulangannya mencapai Rp1 miliar, sehingga semua sektor seperti perkebunan, pertanian, pertambangan memperoleh dana penanggulangan demikian. Berdasarkan catatan ANTARA, kabut asap tebal selalu saja melanda Kalsel setiap musim kemarau, sehingga menganggu penerbangam transportasi darat, laut dan sungai. Kabut asap tebal seringkali melanda trans Kalimantan, khususnya di Kecamatan Gambut dimana jarak pandang hanya sekitar satu meter saja, sehingga semua kendaraan tidak bisa cepat melalui kawasan tersebut. Akibat kabut asap tersebut juga menimbulkan dampak kesehatan khususnya inpeksi saluran bagian atas (Ispa) yang sangat menonjol serangannya di musim kabut, di samping penyakit mana.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007