Denpasar (ANTARA News) - Bali mengekspor alas kaki dalam berbagai jenis rancang bangun (desain) sebesar 943.479 dolar AS selama Januari 2018, meningkat 435.556 dolar AS atau 85,75 persen dibanding bulan Desember 2017 yang menghasilkan 507.923 dolar AS.
"Perolehan devisa tersebut dibanding dengan bulan yang sama tahun sebelumnya juga meningkat 492.642 dolar AS atau 109,27 persen, karena Januari 2017 hanya menghasilkan 450.837 dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, alas kaki, salah satu dari 17 jenis usaha industri kecil kerajinan rumah tangga yang menembus pasaran luar negeri itu mampu memberikan kontribusi 1,77 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 53,24 juta dolar AS selama bulan Januari 2018, meningkat 6,02 juta dolar AS atau 12,76 persen dibanding bulan Desember 2017 tercatat 47,22 juta dolar AS.
Total ekspor Bali tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 14,11 juta dolar AS atau 36,11 persen, karena Januari 2017, total ekspor daerah ini tercatat 39,12 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, alas kaki hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali yang menembus pasaran luar negeri antara lain sepatu dan sandal untuk semua usia, baik pria maupun wanita. Alas kaki yang dirancang secara unik dan menarik itu menonjolkan unsur seni yang dikombinasikan dengan manik-manik (mote).
Produksi alas kaki tersebut mampu bersaing di pasaran ekspor dengan harga yang terjangkau, disamping sebagai cendera mata bagi wisatawan mancanegara yang menikmati liburan ke Bali.
Adi Nugroho menjelaskan, alas kaki yang ditekuni perajin Bali paling banyak diserap pasaran Uni Emirat Arab yakni 56,93 persen, menyusul Australia 10,40 persen, Singapura 9,97 persen, Amerika Serikat 5,17 persen, China 0,36 persen, Jepang 0,05 persen, Hong Kong 3,35 persen, Perancis 0,23 persen, Jerman 1,98 persen dan Spanyol 0,41 persen.
Sedangkan sisanya 11,14 persen diserap berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena alas kaki untuk pria dan wanita itu sangat diminati, karena mampu bersaing dari segi mutu dan harga, ujar Adi Nugroho.
Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018