Cerpenis Seno Gumira Ajidarma pernah menuliskan tentang gambaran senja yang indah, yang kemudian dipotong untuk dimasukkan ke dalam kantong pakaiannya, agar dapat ditunjukkan ke dalam "kekasih"-nya.

Salah satu gambaran senja yang indah itu, seperti yang ditunjukkan dalam kisah cerita pendek yang romantis tersebut, barangkali salah satunya dapat ditemukan di kawasan pantai putih yang tersebar di banyak titik seperti di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.

Setelah mengunjunginya dalam rangka kunjungan Press Tour Kementerian Pariwisata di Kei, Maluku Tenggara, 14-17 Maret 2018, penulis merasakan pesona sepotong surga yang terdapat di gugusan pulau-pulau kecil, yang beberapa di antaranya tidak berpenghuni.

Satu pantai yang indah bernama "Ngurbloat", yaitu kata dalam bahasa lokal Kei yang berarti pasir panjang, karena panjang pantai itu tidak terputus sekitar tiga kilometer.

Butiran pasir dalam pantai Ngurbloat juga terasa halus seperti tepung, dan sangat nyaman dinikmati dengan ditemani pisang goreng embal (yang dimasak dengan tepung singkong jenis lokal) dan secangkir teh manis hangat.

Menurut Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Maluku Tenggara Budhi Toffi, untuk aksesibilitas ke pantai tersebut dapat menggunakan mobil rental atau angkutan umum juga ada yang menuju ke daerah pantai. Untuk akses masuk, setiap mobil membayar tiket Rp20.000/unit dan setiap sepeda motor sebesar Rp5.000/unit.

Budhi juga mengemukakan, di sekitar pantai juga terdapat area penginapan serta ada juga resort yang harus direservasi minimal selama dua bulan sebelumnya.

Di sekitar pantai pasir panjang, yang terdapat di Pulau Kei Kecil, ada sekitar 10 pulau yang biasa menjadi titik diving yang dicari turis.

Tidak mengherankan juga dengan pasir pantai yang putih dan halus serta kejernihan air yang memukau membuat pantai tersebut kerap dibanjiri oleh masyarakat lokal pada akhir pekan.

Selain pantai dan pulau-pulau kecil, pesona lainnya di pulau Kei, Maluku Tenggara, adalah adat budayanya.


Wisata religi
Antara bersama sejumlah wartawan dari ibu kota Jakarta juga sempat dibawa ke Bukit Masbait, Desa Kelanit, Pulau Kei Kecil, yang kerap menjadi tempat peziarahan.

Budhi memaparkan, di Bukit Masbait ada Arca Kristus Raja yang dikirim sekitar tahun 2000 dari Paus Yohanes Paulus II.

Menurut Budhi, patung Kristus Raja Yesus Memberkati itu diberikan kepada pulau Kei sebagai lambang perdamaian.

Hal tersebut, lanjutnya, karena pada saat terjadinya konflik di Maluku pada akhir 1990-an, hal itu tidak meluas di Pulau Kei.

Perdamaian dan toleransi, ujar dia, tetap dapat dijaga oleh masyarakat di tempat tersebut meski ada provokasi yang datang dari luar pulau.

Di Bukit tersebut, ujar dia, juga kerap berlangsung prosesi Jalan Salib menjelang paskah yang menggambarkan penderitaan Yesus.

Budhi menuturkan, biasanya pada saat ada prosesi tersebut, Bukit Masbait didatangi oleh puluhan ribu warga pulau Kei.

Selain itu, ujar dia, ketika prosesi juga suasananya sangat syahdu dan nyaris tidak ada kendaraan karena banyak peziaran yang berjalan kaki.

Dia mengemukakan bahwa toleransi beragama di daerah itu juga sangat tinggi, seperti Bukit Masbait juga dikelilingi beberapa desa yang ada juga desa yang penduduknya beragama Islam yang berdampingan dengan damai dengan desa yang penduduknya beragama Kristen.

Lokasi tersebut juga dikenal sebagai tempat yang menarik wisatawan untuk melihat situasi matahari terbit atau terbenam, karena merupakan titik tertinggi di Pulau Kei Kecil.

Tidak hanya itu, Maluku Tenggara juga memiliki banyak lokasi yang sangat berpotensi menarik wisatawan seperti Pantai Ngurtavur (yang terdapat burung Pelikan dan bahkan bila sedang surut, turis dapat berjalan menyusuri pantai seperti sedang berjalan di tengah-tengah lautan).

Untuk menyelam, di daerah Maluku Tenggara juga ada Pulau Bair yang di sana terdapat sebuah laguna yang sangat jernih dan memiliki biodiversitas laut yang mengagumkan.

Terkait masalah aksesibilitas, ujar dia, untuk jalur penerbangan saat ini sudah ada tiga maskapai yang terbang langsung ke Pulau Kei, seperti Garuda, Wings, dan Sriwijaya Air. Dalam waktu dekat diperkirakan Batik Air juga berencana menyusul untuk membuka jalur ke sana.

Belum tergali
Meski Maluku Tenggara dapat diibaratkan sebagai sepotong surga yang ada di muka bumi karena keindahan alamnya, tetapi mengapa lokasi itu belum seterkenal Bali, terutama bagi wisatawan mancanegara?

Menurut Plt Bupati Maluku Tenggara, Samuel Risembessy, potensi sektor pariwisata yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara belum tergali dengan baik tetapi diharapkan ke depannya dengan pelan-pelan akan meningkat lebih baik.

Samuel memaparkan, dari sisi konektivitas memang dinilai masih kurang tetapi bakal dibenahi bertahap.

Ia mengungkapkan bahwa salah satu rencana peningkatan itu adalah ke depannya, runway atau lintasan pesawat di bandara daerah tersebut rencananya akan diperlebar serta fasilitas di dalamnya juga akan lebih ditingkatkan.

Sedangkan dari sisi SDM, ujar dia, maka juga perlahan-lahan dibangun kesadaran kepada masyarakat untuk bisa lebih menyiapkan sarana dan prasarana di Maluku Tenggara.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara Roy Rahayaan menyatakan, pihaknya sejak awal berkomitmen untuk menggenjot sektor pariwisata, seperti bekerja sama dengan daerah lain. Salah satu contoh sinergi antardaerah itu adalah Festival Bali-Kei yang acaranya diawali di Bali dan diakhiri di Kei.

Roy juga mengutarakan harapannya agar ke depannya ada Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementerian Pariwisata guna mengembangkan sektor kepariwisataan di sana.

Wisatawan meningkat
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Maluku Tenggara Budhi Toffi mengemukakan, jumlah wisatawan asing ke daerah Maluku Tenggara dilaporkan mengalami peningkatan pesat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Budhi mengungkapkan jumlah wisatawan asing ke sini sekitar 3.750 orang pada 2017, sebelumnya sekitar 5-10 tahun lalu hanya sekitar 1.000 orang.

Menurut dia, meski jumlah wisatawan asing itu relatif masih sedikit dibandingkan destinasi wisata terkenal lainnya di Nusantara, tetapi wisatawan asing rata-rata memiliki waktu tinggal yang cukup lama, rata-rata empat hari.

Budhi yang pernah menimba ilmu di Bali itu juga mengungkapkan, bahwa pernah ada wisatawan asal Inggris yang tinggal di Pulau Kei, Maluku Tenggara, hingga selama beberapa bulan lamanya.

Bahkan, lanjutnya, ada pula pejabat dari Rotterdam, Belanda yang kerap mengajak anggota keluarganya untuk berlibur setiap tahunnya.

Namun untuk saat ini, dia melihat bahwa salah satu negara yang meningkat pesat dalam kunjungannya antara lain dari China.

Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara saat ini juga dorong menggencar program "one village, one product" atau satu desa satu produk dalam rangka menunjukkan komitmen daerah tersebut dalam mengoptimalkan potensi sektor pariwisata mereka.

Konsep "one village, one product" berarti adalah upaya untuk menciptakan produk-produk unggulan baik kuliner, kerajinan, hingga seni dari masing-masing desa di kabupaten Maluku Tenggara ini.

Ia mengemukakan bahwa semua komitmen dan usaha yang dilakukan untuk memajukan pariwisata oleh pemerintah kabupaten serta dispar Maluku Tenggara, bukan tanpa tantangan.

Dari sisi promosi, Maluku Tenggara menggenjot potensi pariwisatanya melalui penyelenggaraan ajang seperti "Wonderful Sail 2018" yang akan dilaksanakan pada 23-27 Juli 2018.

Diharapkan dengan beragam upaya tersebut, usaha untuk memperkenalkan Maluku Tenggara sebagai sepotong senja di Nusantara dapat lebih dikenal dan menggema hingga ke seluruh dunia.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018