Bantul (ANTARA News) - Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan daerah ini mengalami surplus beras sebanyak 19 ribu ton per tahun.
"Jumlah produksi padi yang dijadikan beras itu sekitar 114 ribu ton per tahun, sementara Bantul butuhnya kira-kira sekitar 95 ribu ton/tahun, jadi kita masih surplus," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi di Bantul, Jumat.
Dengan demikian, kata dia, jika dikalkulasikan, maka produksi beras petani Bantul yang sebesar 114 ribu ton/tahun dikurangi kebutuhan pangan masyarakat yang sekitar 95 ribu ton/tahun maka Bantul mempunyai sisa produksi 19 ribu ton beras/tahun.
Ia mengatakan, kebutuhan beras masyarakat Bantul itu dihitung dari rata-rata tingkat konsumsi beras sebanyak 95 kilogram per kapita per tahun, sementara jumlah penduduk Bantul diprediksikan sudah mencapai sekitar satu juta jiwa.
"Tingkat konsumsi beras masyarakat Bantul sudah kita naikkan menjadi 95 kg per kapita per tahun, karena kalau dari BPS (Badan Pusat Statistik) itu masih sekitar 86 kg. Jadi kita surplus beras dengan konsumsi yang sudah saya naikkan," katanya.
Pulung mengatakan, meski Bantul hingga tahun ini masih mengalami surplus produksi beras, namun ke depan perlu ada upaya untuk menjaga ketersediaan pangan, diantaranya dengan melindungi lahan pertanian pangan dengan luasan minimal seluas 13 ribu hektare.
"Saat ini di Bantul masih ada lahan pertanian seluas 15.118 hektare, dan tentu tiap tahun makin menyusut karena alih fungsi, solusinya dengan perda lahan pertanian pangan berkelanjutan. Perda itu diinisiasi oleh Dinas Tata Ruang dan Pertanahan," katanya.
Solusi yang lain, kata dia, dengan menekan konsumsi beras atau mengurangi ketergantungan pada beras dengan diversifikasi pangan memperkaya pangan tidak hanya beras, melainkan bahan pangan lain yang itu dihasilkan dari lahan pekarangan.
"Kalau bisa konsumsinya dianekaragamkan, jadi tidak melulu pada pangan itu, tapi bahan pangan yang dari pekarangan itu bisa jadi subtitusi pangan. Namun saya harap jangan beralih ke tepung, karena kita tidak mampu produksi tepung," katanya.
Pewarta: H. Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018