Jakarta (ANTARA News) - Dalam menghadapi era digital yang berkembang pesat, Kementerian Perindustrian telah menyusun roadmap (peta jalan) Industry 4.0 yang menetapkan lima sektor manufaktur percontohan dan prioritas selaras dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2015.

"Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, otomotif, elektronika, tekstil, dan kimia. Jadi lima sektor industri ini yang akan fokus dikembangkan oleh pemerintah dalam menghadapi era digital yang perkembangannya sangat cepat," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Kamis.

Ngakan menjelaskan, kelima sektor industri yang diunggulkan tersebut telah berkontribusi besar dalam perekonomian nasional. Misalnya, industri makanan dan minuman dengan pangsa pasar pertumbuhan mencapai 9,23 persen pada tahun 2017 dan penyumbang terbesar PDB industri nonmigas hingga 34,33 persen tahun lalu.

"Peranan industri makanan dan minuman juga tampak dari sumbangan nilai ekspor produknya, termasuk minyak kelapa sawit yang mencapai USD31,7 miliar pada tahun 2017 dan mengalami neraca perdagangan surplus bila dibandingkan dengan nilai impornya sebesar USD9,6 miliar," papar Ngakan.

Guna mempercepat pertumbuhan kelima sektor industri itu, berbagai teknologi pendukung Industry 4.0 antara lain Internet of Things (IoT), advance robotic, artificial intelligence, dan additive manufacturing akan diimplementasikan demi peningkatan produktivitas dan efisiensi tinggi serta kualitas produk lebih baik melalui pemanfaatan teknologi yang optimal.

Bahkan, menurut Ngakan, transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri yang telah meningkatkan pendapatan per kapita dan mengantarkan masyarakat Indonesia dari agraris menuju ekonomi yang mengandalkan proses peningkatan nilai tambah berbasis industri, nantinya juga bakal diakselerasi oleh perkembangan teknologi digital.

"Terlebih lagi, peluang pembangunan ekonomi digital di Indonesia sangat besar, antara lain karena tahun 2030 jumlah penduduk usia produktif akan mencapai di atas 60 persen, internet telah menjangkau lebih dari setengah populasi Indonesia, peningkatan jumlah kelas menengah diperkirakan mencapai 135 juta orang, dan peningkatan permintaan produk digital," katanya.

Penyokong Utama

Industri manufaktur akan terus menjadi penyokong utama perekonomian Indonesia, yang tidak akan digantikan sektor jasa. Sektor manufaktur senantiasa diperkuat untuk mencapai Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2035.

Kemenperin mencatat, industri manufaktur berperan sebagai penopang utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Contohnya, kontribusi terhadap nilai ekspor Indonesia sebesar 74,10 persen dan menyerap tenaga kerja lebih dari 17 juta orang atau 14,05 persen dari tenaga kerja di sektor ekonomi.

Selain itu, industri berkontribusi terhadap penerimaan negara sebesar Rp335 triliun melalui pajak penghasilan nonmigas dan penerimaan cukai. Sementara, dilihat dari neraca perdagangan nonmigas Januari 2018, Indonesia mengalami surplus sebesar USD182,6 juta, di mana ekspor nonmigas mencapai USD13,16 miliar dan impornya sekitar USD12,98 miliar.

Bahkan, industri manufaktur mampu memberikan kontribusi sebesar 22 persen terhadap PDB nasional. Dengan nilai tersebut, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang kontribusi industri manufaktur terhadap PDB-nya di atas 10 persen.

Kontribusi manufaktur Indonesia menjadi yang tertinggi di ASEAN. Apabila dilihat dari sisi nilai tambah manufaktur, posisi Indonesia di dunia terus melesat dari peringkat ke-11 pada 2015, ke posisi ke-9 pada 2016, melampaui Inggris dan Kanada.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018