Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menahan suku bunga acuan "7-day Reverse Repo Rate" sebesar 4,25 persen dalam pertemuan Dewan Gubernur di Maret 2018, untuk mengantisipasi dampak kenaikan suku bunga moneter The Federal Reserve dan juga potensi kenaikan inflasi domestik dari tarif kelompok barang yang diatur pemerintah.

Suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (Deposit Facility) juga tetap sebesar 3,5 persen dan penyediaan dana dari BI (Lending Facility) tetap sebesar lima persen, kata Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Bank Sentral di Maret 2018 ini masih mempertahankan sikap kebijakan moneter yang netral.

"Ada beberapa risiko ekonomi, dari eksternal seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global dan kecenderungan penerapan kebijakan perdagangan yang ke dalam, dan dalam negeri terkait kenaikan inflasi," ujar dia.

Secara spesifik, Bank Sentral mencermati kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed yang lebih tinggi dari perkiraan semula (baseline) yakni tiga kali tahun ini. The Fed, Rabu waktu AS, menaikkan suku bunganya untuk pertama kalinya pada tahun ini sebesar 25 bps menjadi 1,5 - 1,75 persen.

"Ada kemungkinan di tahun ini, suku bunga The Fed bisa naik empat kali. Namun `baseline` kami masih perkirakan tiga kali tahun ini," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi.

Sementara itu, risiko eksternal lainnya karena kecenderungan penerapan kebijakan perdagangan yang berorientasi ke dalam (inward-oriented) dapat menimbulkan perang dagang yang pada akhirnya menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia.

Di sisi domestik, BI melihat ada potensi kenaikan inflasi dari "administered prices" karena penyesuaian harga bensin nonsubsidi dan tarif listrik non PLN.

Agusman mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 akan tumbuh lebih baik dari triwulan I 2017, yang dipicu investasi dan konsumsi pemerintah yang meningkat, konsumsi swasta yang stabil, dan kinerja ekspor yang tetap positif. Peningkatan investasi terutama terjadi pada sektor konstruksi seiring penyelesaian proyek infrastruktur, dan pada sektor primer dengan meningkatnya permintaan eksternal.

Konsumsi swasta tumbuh stabil didukung daya beli masyarakat yang terjaga dan peningkatan pengeluaran terkait Pilkada.

Konsumsi pemerintah meningkat dengan adanya akselerasi penyaluran bansos dan dana desa. Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan tumbuh positif dipengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia.

"Sementara itu, impor juga diperkirakan meningkat khususnya terkait kebutuhan investasi dan ekspor yang memiliki konten impor tinggi. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2018, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,1-5,5 persen," kata Agusman.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018