Lembaga penyelamat yang menjalankan tugas di wilayah itu, Pertahanan Sipil Suriah, mengatakan bahwa serangan udara terjadi di desa Kafr Batikh di daerah timur provinsi Idlib pada Rabu.
Lembaga pemantau perang yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, menyebutkan jumlah yang sama soal korban tewas dan mengatakan bahwa 15 dari korban meninggal itu berasal dari satu keluarga.
Idlib merupakan daerah terbesar dan berpenduduk terpadat yang masih dikuasai para gerilyawan yang berupaya menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Pasukan Assad mendapat dukungan dari kekuatan udara Rusia dalam perang tersebut.
Assad dan sekutu-sekutunya juga sedang melancarkan serangan terhadap para gerilyawan di Ghouta timur dekat Damaskus, dalam operasi yang termasuk berupa bombardemen terus-menerus.
Pada Rabu, sumber-sumber kalangan gerilyawan di salah satu wilayah Ghouta timur mengatakan pihaknya membuat kesepakatan dengan pemerintah bahwa para gerilyawan bisa meninggalkan daerah itu ke Idlib melalui jalur aman.
Pada Senin, serangan udara di Arbin di Ghouta Timur menewaskan 15 anak dan dua perempuan yang sedang berlindung di ruang bawah tanah sebuah sekolah, kata Observatory.
Pemerintah dan Rusia menggambarkan kelompok-kelompok gerilyawan di Suriah sebagai teroris.
Mereka menuduh Pertahanan Sipil, yang didanai Barat dan kadang-kadang disebut sebagai Helm Putih, bekerja sama dengan kelompok-kelompok teroris serta mengarang bukti soal korban tewas di kalangan sipil. Tuduhan itu dibantah Pertahanan Sipil.
Baca juga: Serangan udara terbaru di Ghouta tewaskan 14 orang
Pewarta: SYSTEM
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018