Yogyakarta (ANTARA News) - Larangan terbang bagi maskapai penerbangan Indonesia ke Uni Eropa (UE) berpotensi mengancam kelangsungan sektor pariwisata di Indonesia bagian timur.
"Jika wisatawan Eropa tidak lagi datang ke Indonesia, yang paling merasakan dampaknya adalah kawasan wisata di Indonesia bagian timur," kata Ketua Association of Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA) Yogyakarta, MA Desky di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, banyak wisatawan mancanegara termasuk yang berasal dari Eropa tertarik dengan keindahan alam tempat-tempat wisata di Indonesia bagian timur.
"Ini berarti wisatawan mancanegara merupakan salah satu faktor yang mendukung pengembangan pariwisata Indonesia bagian timur," kata dia.
Kalau untuk Jawa dan Bali, meskipun tidak ada wisatawan Eropa, masih banyak wisatawan domestik yang tertarik mengunjunginya. Berbeda dengan daerah wisata di Indonesia bagian timur yang relatif mengandalkan wisatawan mancanegara.
Menyinggung pembatalan kedatangan wisatawan mancanegara berkaitan dengan larangan terbang itu, ia mengatakan sejauh ini belum ada pembatalan secara besar-besaran terhadap paket wisata yang telah dipesan.
"Kalaupun ada pembatalan itu tidak lebih dari lima persen, dan pembatalan yang dilakukan adalah untuk pemesanan paket wisata pribadi, sedangkan untuk grup sampai saat ini belum ada," katanya.
Menurut dia, sebenarnya wisatawan dari Eropa tidak mudah terpengaruh oleh kebijakan yang ditentukan oleh negaranya maupun negara-negara lain. Mereka cenderung melakukan perencanaan wisata sejak jauh hari dan tidak mudah membatalkannya.
"Berbeda dengan wisatawan Asia yang sering melakukan `last minute decision`. Orang Eropa cenderung melakukan perencanaan jangka panjang," katanya.
Hal itu juga dapat dilihat dari pola pemesanan kamar hotel oleh wisatawan Eropa yang biasanya dilakukan beberapa bulan sebelum kedatangan.
Meski demikian, kata dia, jika larangan maskapai penerbangan Indonesia itu berlanjut, bisa saja pariwisata Indonesia pada tahun-tahun mendatang akan terpengaruh.
"Karena itu pemerintah dan kalangan swasta terutama pihak Garuda harus berusaha memulihkan citra Indonesia di mata internasional," kata Desky.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007