Jakarta (ANTARA News) - Setidaknya dua bank asing dari Perancis dan Hongkong menyatakan kesiapannya mendanai proyek PLTU 10.000 MW di Indonesia. Dirut PLNB Eddie Widiono Suwondo kepada wartawan di Jakarta, Senin, mengatakan pendanaan bank asing itu bisa menjadi alternatif jika perbankan China tidak jadi mendanai proyek tersebut. "Kami telah menerima tawaran dari dua bank asing yakni HSBC (Hongkong Shanghai Banking Corporation) dan satu bank lainnya dari Prancis," katanya. Menurut dia, kedua bank tersebut berani menawarkan pendanaan tanpa jaminan dari Pemerintah Indonesia walaupun bunga yang ditawarkan menjadi lebih tinggi dibandingkan penawaran perbankan China yang mendapat jaminan pemerintah. "Akan tetapi, jenis pinjaman bunga kedua bank asing yang ditawarkan masih berbunga lunak," katanya. Sementara itu, Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM J Purwono juga mengatakan, China bukan satu-satunya alternatif pendanaan PLTU 10.000 MW. "Masih ada mekanisme lain seperti SBLC (standby letter of credit) atau obligasi. Pokoknya cari yang paling murah," katanya. Para pemenang tender asal China masih menunggu bentuk jaminan proyek yang diberikan Pemerintah Indonesia. Perusahaan China meminta jaminan dalam segala hal, sementara Departemen Keuangan (Depkeu) menginginkan hanya pada hal-hal tertentu saja. Wakil Presiden Jusuf Kalla telah meminta Depkeu menyelesaikan mekanisme pendanaan proyek pembangunan PLTU 10.000 MW dengan perusahaan China bisa selesai pekan depan. Belum adanya kesepakatan mekanisme pendanaan membuat rencana peletakan batu pertama pembangunan PLTU Pacitan 2x315 MW yang direncanakan pada awal Juli 2007 menjadi mundur. Pemerintah sangat berkepentingan dengan penyelesaian pembangunan PLTU 10.000 MW karena akan menurunkan subsidi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007