Pontianak (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua pihak untuk tidak melakukan kampanye berlebihan. Kampanye itu penting, tapi bukan segalanya. Jangan habis-habisan dan tentukan waktu yang tepat kapan kampanye itu dilaksanakan, kata Presiden Yudhoyono dalam pidatonya ketika membuka rapat kerja nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin. Menurut Presiden, jika satu setengah tahun sebelum pemilihan kepala daerah sudah melakukan kampanye siang dan malam maka kapan akan mengurusi daerah, pembangunan dan rakyatnya. "Yang sepantasnya saja, kampanye capek, pendek saja," ujarnya. Kepala Negara mengatakan kampanye cepat saja karena jika terlalu lama rakyat akan terpecah belah dengan bendera, warna dan simbol-simbol. "Kita lihat UU Parpol yang akan diterbitkan untuk 2009, yang praktis, hemat, dan membuat rakyat tidak saling bermusuhan dan baik untuk negara kita," katanya. Pada kesempatan itu Kepala Negara juga mengatakan bahwa para menteri adalah pihak yang bertugas melaksanakan pembangunan sektoral sedangkan para gubernur di tingkat regional. Namun, lanjut dia, sesuai sistem di Indonesia, pemimpin daerah adalah perpanjangan tangan dari presiden untuk mengatur dan mengatasi masalah ditingkat daerah. "Suksesnya pembangunan di negeri ini bergantung pada sinergi dan langkah bersama kita (para pemangku kepentingan)," ujarnya. Presiden juga meminta agar semua pejabat memiliki akuntabilitas yang tinggi, agar dapat bertanggung jawab pada rakyat mengenai apa yang sudah dilakukan atau belum dilakukan. "Kewenangan kita, kewajiban kita, siapa berbuat apa, siapa bertanggung jawab apa, sangat penting untuk dibuat transparan," katanya. Apabila persoalan itu lokal, lanjut dia, maka diatasi di tingkat walikota, jika perlu gubernur maka di tingkat gubernur, apabila diperlukan presiden maka kewajiban presiden yang mengatasi. "Ini penting agar bisa kita jalankan sebaik-baiknya dan tidak harus setiap hal demo ke istana negara," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007