Jakarta (ANTARA News) - Kemajuan teknologi membuat anak-anak masa kini cenderung lebih sering bermain di dalam rumah lewat berbagai konsol game dan gawai canggih.

Manfaat dan serunya berlari, melompat dan bersenang-senang menikmati permainan tradisional di luar ruangan berusaha dihidupkan lagi melalui gerakan #JamMainKita.

Diinisiasi oleh Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) dan Combantrin, gerakan #JamMainKita diramaikan dengan kegiatan di mana anak bisa bebas bermain sepuasnya di area luas akhir pekan ini.

Sebuah tempat bermain permainan tradisional di Area Silang Timur Monumen Nasional pada Car Free Day 25 Maret mendatang mulai pukul 06.00 WIB.

Seto Mulyadi, ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, berharap gerakan sosial ini bisa memperkenalkan lagi permainan tradisional yang kental dengan nilai budaya yang nyaris terlupakan oleh generasi muda.

“Kami ingin menghidupkan permainan tradisional di mana anak bisa aktif dan berinteraksi dengan temannya dalam #JamMainKita ,” kata Lakish Hatalkar, Presiden Direktur PT Johnson & Johnson Indonesia, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Gerakan sosial ini bertujuan mengajak anak Indonesia bermain di luar rumah tanpa takut terkena infeksi cacing.

Data WHO pada 2015 menunjukkan lebih dari 270 juta anak prasekolah dan 600 juta anak usia sekolah tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk di mana cacing cepat berkembang biak.

“Pada 2017 prevalensi cacingan di Indonesia 28,12 persen pada anak 1-12 tahun, targetnya ingin diturunkan sampai 10 persen,” kata Sakri Samatmaja, Kepala Sub Dit Advokasi & Kemitraan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan.

Rays Mitchelle, Brand Manager Combantrin, mengatakan infeksi cacingan adalah salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia karena rendahnya kesadaran masyarakat atas penyakit yang gejalanya tidak terdeteksi bahkan cenderung terabaikan.

Infeksi cacingan bisa mempengaruhi asupan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan. Bila terjadi dalam jangka waktu lama, cacingan bisa menimbulkan kerugian terhadap zat gizi akibat kurangnya kalori dan protein serta kehilangan darah.

Tak hanya menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktivitas kerja, penyakit ini bisa menurunkan ketahanan tubuh penderita sehingga bisa mudah terjangkit penyakit lain.

Berdasarkan hasil survei Bank Dunia pada 2016, Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp30-33 miliar per tahun akibat penyakit cacingan.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018