Jakarta (ANTARA News) - Ratusan perusahaan tekstil yang tergabung dalam Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) kemungkinan akan beralih menggunakan kapas sebagai bahan bakunya, karena tidak sanggup membeli rayon. "Kenaikan harga rayon yang dinilai cukup tinggi membuat pengusaha tekstil Indonesia berencana beralih ke kapas. Untuk saat ini sudah mulai ada yang menggunakan kapas," kata Pengurus Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Sunarjaya, di Jakarta, Senin. Dia mengatakan, saat ini harga rayon atau fiber mencapai 2,2 AS dolar/kilogram, meningkat dari sebelumnya yang hanya mencapai 1,85 AS dolar/kilogram. Kenaikan harga bahan baku tersebut sangat berpengaruh pada naiknya biaya produksi tekstil mereka sebesar 65 persen hingga 70 persen, ujar dia. Menurut dia, kebutuhan rayon di Indonesia sendiri hampir sama dengan kebutuhan kapas yakni 700.000 ton per tahun. Sementara itu, dia mengatakan, saat ini di Indonesia hanya terdapat dua produsen rayon yakni Indobharat dari India dan South Pasific Viscouse dari Austria, yang hanya mampu memproduksi 150 ton rayon/hari. "Jelas kedua produsen itu belum mampu mengimbangi kebutuhan lokal," ujar dia. Atas alasan itulah, dia mengatakan, pengusaha tekstil kemungkinan akan beralih ke kapas. Dan mempertimbangkan untuk mengambil kapas ke Afrika, mengingat produksi kapas Australia sedang menurun. Perpindahan penggunaan bahan baku, menurut Sunarjaya, tidak memerlukan investasi dalam jumlah besar untuk teknologinya. Oleh karena itu, menurut dia, kebanyakan dari pengusaha tekstil tersebut lebih memilih mengganti bahan bakunya ke kapas. Sementara itu, saat ditanya adakah investor lokal yang berminat untuk menjadi produsen rayon, dia mengatakan, hingga saat ini belum ada yang berani karena jumlah investasinya cukup besar bisa mencapai puluhan juta AS dolar. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007