"Kami berharap bisa menghasilkan profil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri di bidang pertanian," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Gunawan Yulianto saat membuka Konvensi Kurikulum Politeknik Pembangunan Pertanian di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) merupakan transformasi dari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) dan SMK Pertanian Pembangunan. Dengan transformasi itu pendidikan yang disajikan akan berorientasi pada ilmu-ilmu pertanian terapan dengan mengadopsi konsep "teaching factory" atau pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis.
"Sekarang ada sembilan Polbangtan yang saat ini sedang disiapkan kurikulumnya," kata dia.
Menurut Gunawan, dengan kurikulum tersebut, Polbangtan dituntut tidak hanya melahirkan tenaga akademis atau penyuluh, namun juga tenaga terampil atau wirausaha pertanian yang bisa mencetak lapangan pekerjaan di bidang pertanian.
Lulusan Polbangtan juga diharapkan mampu menghasilkan beragam inovasi di bidang pertanian sehingga mampu memberikan terobosan untuk mendukung kedaulatan pangan.
"Untuk lulusan Polbangtan tidak mungkin lagi menjadi PNS karena sangat terbatas. Sekarang lulusan harus bisa menjadi penggerak yang mampu memajukan sektor pertanian," kata dia.
Menurut dia, selain melibatkan asosiasi profesi serta akademisi, penyusunan kurikulum baru itu juga melibatkan para pelaku usaha dan industri di sektor pertanian.
Kurikulum akan disesuaikan dengan kelompok prodi mulai dari penyuluhan dan perkebunan, prodi peternakan dan kesehatan hewan, prodi pembenihan dan tanaman pangan, serta hortikultira.
"Dengan pendekatan `teaching factory` tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum yang sekarang porsinya 30 persen untuk teori dan 70 persen praktik," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018