Deputy Director Sustainable Cocoa Production Program/SCPP (Program Produksi Kakao Berkelanjutan) Indonesia, Christina Sulistyo Rini di Jakarta, Selasa, mengatakan, program ini memberikan bantuan intensif kepada petani guna melaksanakan budi daya kakao yang baik atau "good agriculture practice" (GAP).
"Sejak 2015 hingga akhir Januari 2018, kami sudah melatih sekitar 72 ribu petani. Dari pelatihan tersebut, kami membantu petani untuk meningkatkan produktivitas sekitar 30 persen," katanya.
Kemitraan kakao berkelanjutan Proyek Kemakmuran Hijau yang dilaksanakan dari 1 April 2015 hingga 30 Maret 2018 ini bekerjasama dengan 2.000 kelompok produsen kakao, 58.000 petani, sekaligus memastikan partisipasi aktif 40 persen perempuan dan 10 persen kelompok rentan.
Rini mengatakan, jumlah petani yang dilatih mencapai 72 ribu orang tersebut merupakan angka yang signifikan karena pelatihan tersebut baru berjalan selama dua tahun terakhir. "Dari sisi sertifikasi, kami juga melatih petani untuk memasuki pasar sertifikasi atau `certified beans` dan kami telah melatih 26 ribu petani," katanya.
Menurut dia, dari kegiatan sertifikasi, petani akan mendapatkan harga tambahan, yaitu Premium, dan juga ada peningkatan pendapatan.
Dari tadinya Rp6 juta sampai Rp12 juta per tahun, sekarang para petani yang dibina SCPP berhasil meningkatkan pendapatan sebesar Rp15 juta sampai Rp17 juta per tahun.
Amir (51), salah satu petani kakao asal Mamuju, Sulawesi Barat mengungkapkan, setelah mengikuti pelatihan dengan konsisten, produksi kakaonya meningkat menjadi sebesar 251 kg rata-rata produksi/hektare pada 2017, dari sebelumnya yang hanya 47 kg rata-rata produksi/hektare pada 2012.
Begitu juga kebun miliknya meningkat menjadi seluas 5,50 hektare pada 2017, dari sebelumnya hanya 1,50 hektare pada 2012.
Tak kurang ada 1.600 pohon kakao yang sudah berproduksi pada 2017 di kebunnya, dari lima tahun sebelumnya yang hanya 300 pohon kakao.
"Pelajaran tentang Praktik Pertanian yang Baik, seperti PsPSP (Panen, Pemangkasan, Sanitasi, dan Pemupukan yang teratur dan sering), terbukti efektif untuk mengurangi hama dan penyakit yang menyerang perkebunan kakao milik kelompok tani," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018