"Itu kan kriminal, mereka (penjahat) memahami kelemahan IT (information technology) yang ada jadi mereka membobolnya. Jadi bank harus memperbaiki sistemnya," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Selasa.
Kelemahan sistem keamanan yang dimiliki bank-bank di Indonesia menjadi tanggung jawab masing-masing perusahaan, sehingga kesempatan untuk tindak kejahatan perbankan tidak terjadi lagi di Indonesia.
"Kalau terjadi seperti itu, kelemahan (sistem) seperti itu, tentu itu tanggung jawab bank masing-masing; karena kan itu berarti ada kelemahan di sistem yang harus diperbaiki," tambahnya.
Kejahatan perbankan berupa pembobolan dana nasabah dengan metode "skimming" atau membaca kartu ATM, akhir-akhir ini kerap terjadi dan merugikan nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri.
PT BRI mengklaim dana nasabah yang hilang akibat kejahatan perbankan di kawasan Kediri, Jawa Timur kurang dari Rp1 miliar.
Polri mengatakan tindak kejahatan serupa terjadi di berbagai negara di dunia dengan melibatkan 64 bank di dunia.
Kepala Unit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKP Rovan Richard Mahenu menyebut dari 64 bank tersebut, 13 di antaranya bank milik domestik.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018