"Kapan menjadi tidak wajar? Bila perasaan, pikiran, perilaku berubah secara bermakna, menimbulkan penderitaan dan gangguan fungsi yang nyata," ujar spesialis kedokteran jiwa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr. Hervita Diatri, SpKJ(K) di Jakarta, Selasa.
Penderitaan ini bisa dialami penderita dan orang-orang disekitarnya serta menimbulkan gangguan fungsi nyata secara sosial misalnya berakibat penderita tak memiliki teman, kehilangan pekerjaan dan secara psikologis yakni berhubungan dengan perasaan sejahtera.
Dari sisi gejala, bipolar terbagi dua yakni tipe 1 dan 2. Tipe 1 ditandai episode manik yakni kegembiraan yang berlebihan, sangat optimistis, banyak ide tetapi perencanaan tidak realtistis, tidak bisa diam, hasrat dan dorongan seksual tinggi, lebih impulsif, rentan menyalaghunakan zat dan kurang konsentrasi.
Sementara tipe 2, ditandai episode hipomanik. Penderita biasanya mengalami satu gejala depresif mayor, tidak pernah mengalami episode manik dan umumnya sulit dikenali.
"Gejala biasanya tidak terjadi sekali. Manik umumnya satu minggu, hipomanik empat hari. Sementara depresi selama dua minggu," kata Hervita.
Gangguan bipolar dialami sekitar 34-36 persen populasi sepanjang hidupnya, artinya 1 dari 3 orang di dunia sedikitnya pernah mengalami gangguan ini.
Menurut Hervita, penyebab gangguan bipolar masih sulit ditetapkan karena bersifat multifaktorial, melibatkan faktor biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
"Faktor biologis memegang peran besar dikaitkan dengan faktor genetik dan neurotransmitter di otak. Secara psikolosial, gangguan ini dikaitkan dengan pola asuh pada masa kanak-kanak dan berbagai faktor stres dari lingkungan," papar dia.
Baca juga: Dolores O'Riordan mengalami gangguan bipolar
Baca juga: Ini dia profesi yang rentan gangguan bipolar
Baca juga: Gejala gangguan bipolar dapat dideteksi sejak bayi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018